KONTEKS.CO.ID - Pemerintah Iran menuding Direktur Jenderal Badan Energi Atom Internasional (IAEA), Rafael Grossi, telah “mengkhianati tugasnya” sebagai pengawas netral program nuklir global.
Tuduhan ini disampaikan setelah Grossi mendesak untuk melakukan inspeksi ke fasilitas nuklir Iran yang dihantam rudal Amerika Serikat dalam konflik militer baru-baru ini.
“IAEA dan Direktur Jenderalnya bertanggung jawab penuh atas situasi menyedihkan ini,” ujar Menteri Luar Negeri Iran Abbas Araghchi melalui akun resminya di media sosial X, Sabtu, 28 Juni 2025.
Araghchi menambahkan, “Desakan Grossi untuk mengunjungi fasilitas nuklir yang dibom hanya dengan alasan perlindungan adalah tidak relevan, bahkan bisa jadi bermaksud jahat.”
Iran Nilai Desakan Grossi Bermuatan Politik
Menurut Araghchi, sikap Grossi justru dianggap memperkeruh keadaan, terutama setelah Dewan Gubernur IAEA mengeluarkan resolusi pada 12 Juni lalu yang menyatakan Iran melanggar kewajiban nonproliferasi nuklir resolusi pertama dalam hampir dua dekade.
"Melalui tindakan jahat ini, Grossi secara langsung memfasilitasi penerapan resolusi bermotif politik terhadap Iran dan mendiamkan pemboman ilegal oleh Israel dan AS terhadap fasilitas nuklir kami," tuding Araghchi.
Tiga Fasilitas Nuklir Dibom AS, Iran Tolak Inspeksi
Fasilitas nuklir Fordow, Natanz, dan Isfahan menjadi target serangan udara Amerika Serikat pada 22 Juni lalu, dalam puncak ketegangan antara Iran dan Israel yang telah berlangsung sejak 13 Juni 2025. Iran mengklaim, serangan tersebut menewaskan 606 orang dan melukai lebih dari 5.000 lainnya.
Sebagai respons, Iran melancarkan serangan rudal dan drone ke Israel, menewaskan sedikitnya 29 orang dan melukai lebih dari 3.400 orang. Gencatan senjata mulai berlaku pada 24 Juni setelah ditekan oleh Amerika Serikat.
Iran Hentikan Kerja Sama dengan IAEA
Parlemen Iran pada 25 Juni resmi meloloskan RUU yang menangguhkan kerja sama dengan IAEA, termasuk larangan akses inspeksi, sampai jaminan keselamatan fasilitas nuklir diberikan secara formal.
Langkah ini dinilai sebagai penolakan tegas terhadap intervensi eksternal, termasuk permintaan Grossi. “Iran berhak mengambil langkah apa pun untuk membela kedaulatannya,” tegas Araghchi.
Ketegangan antara Iran dan badan pengawas PBB ini memunculkan kekhawatiran global terhadap masa depan pengawasan nuklir di kawasan. Para analis menilai, keputusan Teheran menolak inspeksi IAEA dapat menggoyang kredibilitas mekanisme nonproliferasi internasional, dan menyulitkan upaya diplomatik dalam meredakan konflik.
Artikel Terkait
Deretan Mobil Terlaris di Iran Sebelum Digempur Israel, Jangan Kaget Ada Peugeot Model 406!
'Bersih-Bersih' Usai Perang dengan Israel, Iran tangkap 700 Orang Mata-Mata Agen Mossad
Perang Israel-Iran Berkecamuk, Sufmi Dasco Imbau WNI di Wilayah Konflik Tetap Tenang: Pemerintah Lanjutkan Evakuasi
Khamenei: Iran Menang, Tak Akan Tunduk pada AS
Presiden Prabowo dan PM Malaysia Anwar Ibrahim Bahas Perang Iran dan Israel, Serukan Gencatan Senjata Permanen