Seorang ayah korban, yang tidak disebutkan namanya, kepada NHK menyatakan bahwa ia lebih menginginkan Shiraishi menjalani hukuman seumur hidup agar merenungi kejahatannya.
“Saya ingin dia merasakan penderitaan dalam waktu yang lama, bukan mati dengan cepat,” ujarnya.
Dampak Sosial dan Isu Keamanan Media Sosial
Kasus ini telah menimbulkan kekhawatiran luas di Jepang tentang keamanan platform media sosial, khususnya bagi pengguna rentan yang sedang menghadapi masalah psikologis.
Shiraishi memanfaatkan kerentanan mental calon korbannya dan menawarkan “bantuan kematian” sebelum membunuh mereka.
Setelah kasus ini, sejumlah regulator dan lembaga pendidikan di Jepang memperketat edukasi digital dan pengawasan terhadap potensi konten berisiko di platform daring. ***
Artikel Terkait
Tak Terima Jepang Bantai Timnas Indonesia 6-0, Warganet Desak Kluivert Out dan Singgung Jam Tangan Rolex
Sindiran Pedas Kemal Palevi Usai Timnas Kalah: Jepang Gak Mau Naturalisasi Aja?
Kilah Kluivert Timnas Indonesia Dibantai Jepang Tanpa Ampun!
Jepang Tingkatkan Impor Biomassa Indonesia, Komitmen Rp1 Triliun untuk Cangkang Sawit dan Serbuk Kayu
Cara Daftar Program Magang METI 2025 di Jepang, Bisa Online atau Offline, Dapat Uang Saku Harian Loh