KONTEKS.CO.ID - Sebanyak 10 warga negara Indonesia (WNI), empat di antaranya adalah selebritas yang juga pegiat media sosial: Zaskia Adya Mecca, Ratna Galih, Indadari, Wanda Hamidah, telah tiba di Kairo, Mesir.
Berangkat dari Bandara Internasional Soekarno-Hatta pada Kamis 12 Juni 2025 lalu, mereka datang untuk bergabung dengan aktivis kemanusiaan lainnya di Global March to Gaza.
Global March to Gaza merupakan aksi jalan kaki sejauh 50 kilometer dari Ibu Kota Mesir, Kairo, dengan tujuan Gerbang Rafah. Zaskia Adya Mecca, Ratna Galih, Indadari, Wanda Hamidah dkk akan jalan beriringan bersama ribuan atau lebih manusia dari 50 negara di dunia.
Baca Juga: Mendagri Didesak Kaji Ulang Perubahan Status 4 Pulau di Aceh, Harus Libatkan DPR dan DPD
Puncak kegiatan itu terjadi pada Minggu 15 Juni 2025. Yakni saat semua peserta sampai di Gerbang Rafah untuk menyerukan dibukanya akses misi kemanusiaan ke Gaza.
Namun perjalanan mereka tak semulus yang dibayangkan. Hal itu terlihat dari unggahan Zaskia pada Senin 16 Juni 2025.
Ia menuliskan situasi saat dirinya bersama tim sampai di cek poin pertama. Mereka mendapatkan pengawasan superketat. Misalnya, bus dan hotel tempat mereka bermalam diperiksa polisi dan intel Mesir. Bahkan petugas keamanan mengecek ponsel dan media sosial turis yang datang.
Baca Juga: 10 Mobil Listrik Terlaris di Bulan Mei 2025, Merek China Mendominasi!
"Oke, Ku sudah mulai bisa bercerita.. Kami sign up sebagai peserta secara resmi, under kontingen dari Malaysia. Krn telat daftar, jadi sudah tidak bisa tambah perwakilan utama atas nama Indonesia. Ga masalah, selama bisa terlibat di long march," tulis Zaskia melalui akun Instagram priabdinya, @zaskiadyamecca, terlihat Senin 15 Juni 2025.
Ia menyebutkan panitia masih melakukan negosiasi dengan Pemerintah Mesir terkait long march.
"Semua dokumen, briefing dari panitia sangat clear, resiko apapun ditanggung masing2, ini adalah gerakan perdamaian dari seluruh dunia tapi dengan resiko tinggi. Dan panitia masih terus dalam proses negosiasi dengan pemerintahan mesir yang cukup alot," tuturnya.
Baca Juga: Presiden Prabowo Kunjungi Rusia Penuhi Undangan Vladimir Putin
Banyak Aktivis Langsung Dideportasi di Bandara Kairo
Di Mesir kondisinya sudah tak kondusif. Di bandara, ia melihat teman-teman aktivis dari negara lain dideportasi, terutama mereka yang berasal dari Eropa.
"Baca grup long march sudah banyak aktivis yang di tangkap, ada yang ditahan tapi juga ada yang dipulangkan," tukasnya.
Baca Juga: Tiba di Singapura, Prabowo Disambut Langsung Perdana Menteri di Bandara
Beruntung, proses imigrasi mereka tergolong lancar sehingga tak bernasib sama dengan peserta aksi lainnya yang langsung dideportasi. "Sampai di hotel malam2 vibenya udah ngga enak. Ada polisi yang lgsg mencatat semua passpor dan berbicara serius sambil melihat kami dengan staff hotel," imbuhnya.
Dan yang dikhawatirkan terjadi. "Lalu pagi hari keluar pernyataan panitia kalau kesepakatan tidak terjadi, peserta long march dianggap illegal dan polisi berhak menangkap para peserta," tandasnya.
Bahkan pada pukul 07.00 waktu setempat, ada 3 mobil polisi yang mendatangi hotel. Mereka melakukan sweeping.
"4 bule di bawa dengan mobil polisi, dan kami yang bernegosiasi. Sudah harus bertindak tepat, apalagi baca pergerakan tetap berjalan. Semua ambil resiko!" katanya.
Baca Juga: Ahmad Dhani Mantu, Al Ghazali dan Alyssa Daguiese Nikah Hari ini, Maia Estianty: Intimate, Tidak Beramai-ramai
Situasi mereka pun tak lebih baik. Mereka tak bisa ke mana-mana dan ada mobil tahanan yang menunggu di luar hotel. Tepay di depan bus rombongan WNI.
"Tapi situasi kami lebih sulit, seolah terkunci untuk bergerak, karna sekitar 20 polisi, intel, mobil polisi bahkan mobil tahanan siap di depan bus, khusus disiapkan untuk kami ber 10," pungkasnya.
Sebelumnya, suami Zaskia, Hanung Bramantyo, mengaku sangat khawatir dengan kepergian istrinya. Namun ia tetap memberikan restunya.
Baca Juga: Koleksi 4 Gelar Ganda Putra, Malaysia Sanjung Herry IP Setinggi Langit
"Khawatir iya, tapi kami wajib menyuarakan apa yang terjadi di Gaza sampai hari ini. Situasi di Gaza terjadi krisis kelaparan yang luar biasa. Ini bukan masalah agama, tapi soal kemanusiaan. Kalau kita tidak bergerak menyuarakan semuanya, maka manusia-manusia yang hidup di Gaza, khususnya anak-anak, orang tua, dan perempuan kelaparan," kata Hanung. ***
Artikel Terkait
Kolaborasi Bareng Asma Nadia, Melly Goeslaw Garap Soundtrack Film Gaza: Dari Fiksi Menyentuh ke Aksi Kemanusiaan Nyata
Arab Saudi Kecam Keras Keputusan Israel Tingkatkan Serangan di Gaza
Aksi Bela Palestina: Demonstrasi Terbesar dalam 20 Tahun, Warga Belanda Serukan 'Red Line for Gaza'
Jumlah Korban Tewas di Gaza Akibat Serangan Israel Sudah Tembus 54.321 Orang
Bawa Bantuan untuk Gaza, Pasukan Israel Bajak Kapal Madleen, Culik Aktivis Kemanusiaan