• Senin, 22 Desember 2025

Banjir Mematikan Hapus Jejak Orang Utan Tapanuli dari Habitatnya

Photo Author
- Jumat, 12 Desember 2025 | 19:21 WIB
Orang Utan Tapanuli terancam punah setelah banjir mematikan di Batang Toru. (Istimewa)
Orang Utan Tapanuli terancam punah setelah banjir mematikan di Batang Toru. (Istimewa)

KONTEKS.CO.ID - Banjir besar yang melanda Indonesia akhir November lalu tidak hanya menimbulkan korban jiwa dalam jumlah besar, tetapi juga mengancam kelangsungan hidup satwa paling langka di dunia: orang utan Tapanuli.

Orang utan adalah kera besar dan kuat yang hanya terdapat di hutan di Sumatra dan Kalimantan, berambut merah kecokelat-cokelatan, tidak berekor, pemakan buah-buahan, daun, dan kuncup;

Para peneliti melaporkan sebagian besar kawasan hutan yang menjadi habitat utama spesies ini rusak parah akibat longsor dan curah hujan ekstrem.

Baca Juga: Buntut 2 Debt Collector Matel Tewas Dikeroyok, 9 Motor dan 1 Mobil Ludes Dibakar!

Bencana yang dipicu hujan lebat dari Siklon Senyar itu menghantam sejumlah wilayah di Sumatra Utara, meratakan area hutan, desa, dan perkebunan.

Lebih dari 900 orang dilaporkan meninggal, sementara ratusan lainnya masih belum ditemukan.

Namun kerusakan ekologis yang ditinggalkan juga sangat mengkhawatirkan, terutama bagi populasi orang utan Tapanuli yang memang sudah berada dalam kondisi kritis.

Baca Juga: Kapolri Tetapkan 1 Tersangka Pembalakan Liar di Tapanuli Pemicu Banjir Sumatra, tapi Tak Mau Sebut Nama

Spesies ini baru diakui secara resmi pada 2017 dan kini hanya tersisa kurang dari 800 individu di alam liar.

Kesemuanya hidup di ekosistem Batang Toru, kawasan hutan pegunungan yang kini menjadi salah satu titik terdampak terparah.

Petugas lapangan mengungkapkan bahwa hewan-hewan tersebut mendadak hilang dari lokasi yang sebelumnya sering menjadi tempat mereka mencari makan.

Baca Juga: Rombak Lagi! PBSI Ceraikan Apri-Fadia, Pasangkan dengan Tiwi dan Lanny: Debut Indonesia Masters 2026

“Sejak longsor terjadi, tidak ada suara mereka lagi,” ujar Amran Siagian, petugas orang utan Information Centre (OIC) yang selama lima tahun mengawasi wilayah hutan di Sipirok, Tapanuli Selatan.

Seorang relawan kemanusiaan, Deckey Chandra, mengatakan kepada BBC bahwa area yang biasa dikunjungi orang utan untuk makan kini berubah seperti “kuburan”.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizinĀ redaksi.

Editor: Ari DP

Tags

Artikel Terkait

Terkini

X