• Minggu, 21 Desember 2025

Helikopter Pengangkut Bantuan Bencana Sumut Dikepung Awan Hingga Mendarat di Tepi Sungai

Photo Author
- Minggu, 30 November 2025 | 11:52 WIB
Helikopter BNPB mendarat di tepi Sungai Aek Sihaporas untuk menyampaikan bantuan bagi warga setempat yang terisolir. (KONTEKS.CO.ID/Dok BNPB)
Helikopter BNPB mendarat di tepi Sungai Aek Sihaporas untuk menyampaikan bantuan bagi warga setempat yang terisolir. (KONTEKS.CO.ID/Dok BNPB)

KONTEKS.CO.ID – Helikopter milik Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) dikepung awan hingga mendarat di tepi sungai demi menyalurkan bantuan di Sumatera Utara (Sumut).

Peristiwa tersebut, kata Abdul Muhari, Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB pada Minggu, 30 November 2025, berlangsung pada Sabtu sore, 29 November 2025.

Ia menuturkan, kala itu langit di atas Bandara Sisingamangaraja XII, Silangit, Tapanuli Tengah, Sumut, masih tertutup awan.

Baca Juga: Bencana Banjir dan Longsor: Ribuan Warga Sumut Mengungsi, Sejumlah Daerah Masih Terisolir 

Helikopter berlogo BNPB nomor registrasi PK-RTQ mulai mengudara setelah mengantongi izin terbang, demi misi kemanusiaan, yakni membawa bantuan ke daerah terisolir.

Bantuan tersebut untuk warga Desa Sihaporas, salah satu daerah di Sumut yang terisolasi akibat bencana hidrometeorologi.

Tak lama setelah meninggalkan Bandara Sisingamangaraja XII, Silangit, awan-awan tebal menggumpal liar menjadi dinding raksasa yang secara agresif mengepung jalur terbang.

Baca Juga: BP BUMN Desak Polda Sumbar, Sumut, dan Aceh Usut Pembalakan Liar Picu Banjir dan Longsor

Pilot veteran terpaksa beradu keahlian dengan visibilitas yang nyaris nol. Mereka harus memutar rotor ke segala arah, mencari celah sempit di antara massa uap air yang membeku.

Ini adalah duel udara menghadapi ancaman operasional misi kemanusiaan. Namun, tekad untuk mencapai titik nol jauh lebih tebal daripada awan yang mereka hadapi.

Dengan manuver presisi yang berisiko, PK-RTQ akhirnya berhasil lolos, dan di bawah mereka terhampar Desa Sihaporas, terperangkap dalam keheningan hijau.

Baca Juga: Operasi SAR Dilakukan 24 Jam, Bantuan Udara dan Laut Dikerahkan di Sumut

"Tantangan pendaratan menjadi fase paling kritis, di Sihaporas tidak ada helipad yang memadai," ujar dia.

Opsi menggunakan lapangan terbuka, seperti lapangan sekolah ditolak keras. Pilot tahu, downwash dari baling-baling raksasa bisa merobohkan atap rumah warga.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizinĀ redaksi.

Editor: Setiawan Konteks

Tags

Artikel Terkait

Terkini

X