Pendangkalan Laut Membuat Masyarakat Pulau Enggano Terisolasi dari Dunia Luar

KONTEKS.CO.ID - Gangguan serius akibat pendangkalan arus laut di sekitar Perairan Pulau Baai membuat masyarakat di Pulau Enggano, Bengkulu, terisolasi.

Pendangkalan arus laut itu membuat jalur transportasi laut sebagai satu-satunya akses dari dan menuju Pulau Enggano, salah satu pulau terluar di Provinsi Bengkulu, mengalami hambatan. 

Kondisi ini sudah terindikasi sejak bulan Januari 2025 dan terus memburuk pada Maret 2025. Imbasnya, kapal feri tidak dapat bersandar di pelabuhan seperti biasanya.

Baca Juga: 74 Pria Diduga Ikut Pesta Gay di Puncak, Ada yang Reaktif HIV dan Sifilis

Dampak pendangkalan membuat konektivitas laut menuju Pulau Enggano terputus sehingga distribusi logistik dan mobilitas masyarakat terganggu. 

Untuk membantu masyarakat, Direktorat Polisi Air dan Udara (Ditpolairud) Polda Bengkulu melakukan upaya tanggap darurat.

Kapolda Bengkulu Irjen Pol Mardiyono menegaskan, upaya terus dilakukan meski terbatasnya sarana menjadi tantangan tersendiri.

Baca Juga: Sembilan Tersangka Kasus Korupsi Minyak Mentah Pertamina Dilimpahkan ke Kejaksaan, Siap Disidangkan

“Meski keterbatasan kapal operasional menjadi kendala, Ditpolairud terus melakukan pelansiran logistik dan penumpang secara terbatas. Ini untuk memastikan Enggano tidak terisolasi total,” kata Irjen Pol Mardiyono di Bengkulu, Selasa 24 Juni 2025.

Ditpolairud Polda Bengkulu saat ini belum memiliki kapal patroli type B yang ideal untuk pelayaran menuju wilayah perairan terbuka seperti Enggano. 

Kapolda menambahkan, keselamatan masyarakat dan keberlangsungan distribusi logistik ke Enggano menjadi perhatian utama. 

Baca Juga: Perang Iran dan Israel, Pemerintah RI Diminta Antisipasi Dampaknya Terhadap Rupiah dan Subsidi BBM  

“Kami mengimbau masyarakat untuk tetap tenang dan tidak melakukan pelayaran mandiri tanpa izin resmi. Polda Bengkulu bersama mitra maritim lainnya terus bekerja keras agar distribusi kebutuhan pokok ke Enggano tetap berjalan secara baik,” pungkasnya. ***