KONTEKS.CO.ID - Skor pertandingan bulu tangkis yang kini dikenal luas dengan sistem reli hingga 21 poin ternyata mengalami perjalanan panjang dan penuh perubahan sejak awal kemunculan olahraga ini.
Sistem lama yang dulu digunakan bahkan cukup berbeda, hanya server yang bisa mencetak poin, dan total skor tunggal putra berakhir di angka 15, sedangkan tunggal putri hanya sampai 11.
Sistem skor tradisional ini mulai digunakan secara resmi pada 1939 ketika International Badminton Federation (IBF) menyusun aturan pertandingan standar.
Dalam sistem tersebut, pemain harus memegang servis untuk mencetak poin.
Baca Juga: Legenda Bulu Tangkis Malaysia Prediksi Thailand Pecah Telur Medali Emas di Olimpiade LA 2028
Jika lawan merebut servis, maka kendali beralih tetapi tanpa poin tambahan.
Hal ini menyebabkan pertandingan kerap berlangsung sangat lama dan tidak menentu durasinya.
Perubahan besar pertama terjadi pada awal 2000-an.
IBF yang kemudian berubah menjadi Badminton World Federation (BWF) mulai bereksperimen dengan sistem 5x7 poin, ketika pertandingan terdiri dari lima gim dengan masing-masing tujuh poin.
Meski sempat diuji coba di sejumlah turnamen, sistem ini dinilai kurang menarik dan akhirnya ditinggalkan.
Akhirnya, pada 2006, BWF resmi memperkenalkan sistem **rally point scoring** dengan format tiga gim hingga 21 poin.
Dalam sistem ini, setiap reli berbuah poin bagi siapa pun yang menang, terlepas dari siapa yang melakukan servis.
Baca Juga: Prestasi Bulu Tangkis Terkini Tidak Lepas dari Kepengurusan PBSI Sebelumnya
Artikel Terkait
Taufik Hidayat Bingung Indonesia Hampa Gelar di Badminton Asia Championships 2025: Apa yang Kurang?
Badminton Lovers, Tiket Indonesia Open 2025 Masih Tersedia, Bisa Dibeli On The Spot di GBK, Ada Diskon!