KONTEKS.CO.ID - Pembinaan bulu tangkis Indonesia mengalami lompatan besar di era kepemimpinan Wakil Presiden Try Sutrisno pada awal 1990-an.
Salah satu warisan penting yang tercipta pada masa itu adalah berdirinya Pusat Bulu Tangkis Indonesia di kawasan Cipayung, Jakarta Timur, yang lebih dikenal dengan nama 'Pelatnas Cipayung'.
Fasilitas tersebut menggantikan Pelatnas Senayan sebagai pusat pelatihan nasional bulu tangkis.
Didirikan pada 1992, Pelatnas Cipayung menjadi simbol keseriusan Indonesia dalam mengembangkan olahraga bulu tangkis.
Keberadaan Pelatnas ini menjadi tulang punggung keberhasilan bulu tangkis Indonesia di kancah internasional.
Terutama karena sistem pembinaan yang terstruktur mulai dari tingkat klub hingga ke pelatnas.
Pembinaan atlet usia muda dilakukan secara menyeluruh dan berjenjang.
Hal itu menjadikan Pelatnas Cipayung sebagai tempat integrasi akhir dari bibit-bibit unggul yang sudah ditempa sejak dari klub-klub lokal.
Setiap akhir tahun, PP PBSI memiliki tradisi memulangkan para atlet dan pelatih ke klub asal mereka.
Tidak lama setelah itu diumumkan pula nama-nama yang akan kembali dipanggil bergabung di Pelatnas untuk tahun berikutnya.
Proses ini dikenal dengan promosi-degradasi, sebagai bagian dari evaluasi prestasi dan kesiapan mental serta fisik atlet.
Fasilitas Pelatnas Cipayung
Fasilitas yang tersedia di Pelatnas Cipayung terbilang lengkap dan mendukung seluruh aspek pembinaan atlet.
Terdapat 21 lapangan latihan, ruang kebugaran, ruang terapi, asrama atlet, lintasan lari, gedung serbaguna, dan berbagai fasilitas pendukung lainnya.
Pada 2018, Pelatnas Cipayung ini mengalami renovasi besar yang berlangsung selama lima bulan.
Artikel Terkait
PBSI Ubah Metode Promosi Degradasi Atlet Penghuni Pelatnas Cipayung, Ini Penjelasan Taufik Hidayat
Dua Ganda Indonesia di Luar Cipayung Bersinar, Taufik Hidayat Sindir Pemain Pelatnas yang Punya Fasilitas Lengkap
No Ampun, Pebulu Tangkis Pelatnas Cipayung Ditunggu Degradasi Seusai Piala Sudirman 2025