Menurutnya, opsi itu akan menjadi langkah tegas jika DJBC gagal menunjukkan perubahan signifikan.
Baca Juga: Kebakaran Gedung Hunian di Hong Kong: Perempuan WNI Ini Pontang-panting Cari Tahu Nasib Kakaknya
Tekanan itu juga berdampak langsung pada sekitar 16 ribu pegawai Bea Cukai, yang disebutnya dapat kehilangan pekerjaan bila reformasi tidak berhasil.
“Nanti 16 ribu orang pegawai Bea Cukai dirumahkan kalau kita gagal,” katanya.
Pemanfaatan Teknologi AI untuk Perkuat Pengawasan Bea Cukai
Sebagai bagian dari strategi, Kementerian Keuangan mulai memperluas penerapan kecerdasan buatan (AI) untuk meningkatkan pengawasan di titik-titik penting Bea Cukai.
Baca Juga: Rayakan HUT ke-97, Persija Incar Kado Kemenangan saat Jamu PSIM Yogyakarta di GBK
Teknologi ini dinilai mampu menekan praktik manipulasi data dan mempersempit ruang terjadinya pelanggaran.
“Cukup baik kemajuannya. Saya pikir tahun depan sudah aman,” kata Purbaya optimistis.
Penerapan sistem pengawasan berbasis AI diharapkan dapat memperkuat integritas operasional DJBC sekaligus mengurangi interaksi manual yang rentan penyimpangan.
Tantangan Mengembalikan Kepercayaan Publik
Baca Juga: Menkeu Purbaya Akui Kegagalan Pemerintah Ciptakan Lapangan Kerja Picu Fenomena Kerja di Luar Negeri
Pemerintah menyadari bahwa perjalanan memulihkan reputasi Bea Cukai tidak mudah.
Sorotan publik terhadap gaya hidup pegawai hingga dugaan penyimpangan dalam penanganan barang impor menjadi catatan panjang yang harus dibersihkan.
Purbaya menegaskan bahwa reformasi yang ia lakukan bertujuan mengembalikan profesionalisme DJBC sebagai lembaga pelayanan publik.
“Artinya, Bea Cukai harus bekerja dengan baik dan profesional,” ujarnya.
Baca Juga: Gerhana Matahari Total 2027: 6 Menit Dunia Gelap Total, Apa terjadi di Indonesia?