Lalu warna kuning melambangkan optimisme, kebijaksanaan, dan pencerahan spiritual, berpadu dalam nilai tertinggi Panca Cinta: cinta kepada Allah dan Rasul-Nya.
Dalam pandangan Menag Nasaruddin, guru bukan sekadar profesi, melainkan panggilan jiwa yang mengandung misi spiritual.
“Ilmu tanpa iman akan kehilangan arah moral. Di sinilah pentingnya peran guru, yakni menuntun generasi agar memiliki nurani dalam berpikir dan bertindak,” terangnya.
Tema “Merawat Semesta dengan Cinta” mengajak guru untuk tidak hanya mendidik manusia, tapi juga menumbuhkan kepedulian terhadap sesama dan alam semesta.
Baca Juga: Mahfud: Penugasan dari Kapolri Isi Jabatan Sipil, Penyelundupan Hukum!
Pendidikan bukan lagi sekadar proses transfer ilmu, melainkan proses penyadaran agar manusia menjadi makhluk yang beriman, berilmu, dan berakhlak.
Terkait tema, Dirjen Pendidikan Islam Amien Suyitno mengutarakan, peringatan HGN 2025 di bawah Kementerian Agama juga membawa semangat inklusif melalui tagline “Teachers Day for All” atau Hari Guru untuk Semua.
“Hari Guru tahun ini tidak hanya milik guru madrasah, tetapi juga milik semua guru di Indonesia — lintas iman dan lintas lembaga. Semua guru berperan penting dalam menanamkan nilai-nilai kemanusiaan dan kebangsaan,” ujarnya.
Baca Juga: Ketua KPK Respons Pengesahan RKUHAP Jadi UU, Singgung Soal Penyadapan
Suyitno menyebut, cinta yang dimaksud dalam tema HGN bukan cinta romantis, melainkan cinta yang memanusiakan manusia. Yakni, cinta yang menumbuhkan empati, membangun kedamaian, dan menyalakan semangat merawat kehidupan.
“Mengajar dengan cinta merupakan kunci membangun peradaban. Itulah makna tema kita tahun 2025, Merawat Semesta dengan Cinta,” pungkas Suyitno. ***