nasional

Prof Rhenald Kasali Warning Orang Tua soal 'Generasi Cemas': Lonjakan Gangguan Mental Gen Z

Senin, 10 November 2025 | 18:06 WIB
Pemerhati Pendidikan, Profesor Rhenald Kasali mengingatkan orang tua untuk mewaspadai fenomena generasi cemas alias the anxious generation. (foto: canva)

KONTEKS.CO.ID – Profesor Rhenald Kasali, pemerhati pendidikan anak, me-warning atau memperingatkan para orang tua tentang kemunculan fenomena generasi cemas alias the anxious generation.

Fenomena generasi cemas kini menjadi perhatian serius di banyak negara mengingat gejalanya yang menyergap Generasi (Gen) Z di periode usia 10-14 tahun.

Terkait kecemasan tersebut, Prof Rhenald Kasali mengangkat temuannnya dalam buku berjudul “The Anxious Generation: How the Great Rewiring of Childhood Is Causing an Epidemic of Mental Illness” besutan Jonathan Haidt.

Baca Juga: Eks Bupati Situbondo Karna Suswandi dan Eko Prionggo Jati Diduga Terima Suap Rp4,21 Miliar dari 5 Kontraktor

Buku ini mengungkap bagaimana perubahan besar dalam pola tumbuh kembang anak di era digital sudah mendorong lonjakan gangguan kesehatan mental di seluruh belahan dunia.

Rhenald mengatakann, fenomena itu tidak hanya terjadi di negara industri. Namun juga merembet ke berbagai belahan dunia, bahkan Indonesia.

Karena itu, ia mengingatkan para orang tua, terutama yang memiliki anak perempuan, agar terus waspada terhadap gejala kecemasan dan depresi yang naik signifikan.

“Generasi cemas ini sudah eksis di seluruh dunia. Hati-hati orang tua, terutama yang mempunyai anak perempuan. Sebab niatan untuk mengakhiri hidup, depresi serta anxiety meningkat tajam pada mereka,” ungkap Rhenald, mengutip laman Instagramnya, Senin 10 Oktober 2025.

Baca Juga: Kritik Keras Gelar Pahlawan Nasional untuk Soeharto, Ini Pernyataan Sikap GUSDURian

Pada bukunya, Jonathan Haidt mengungkapkan, niatan untuk mengakhiri hidup atau self-harm melonjak 167% pada anak perempuan. Sedangkan 91% terjadi pada anak laki-laki.

Perkara depresi dan kecemasan naik 134%, dan depresi berat naik 106%. Yang lebih memprihatinkan lagi, kasus self-harm yang sampai harus dibawa ke UGD meningkat 188% pada anak perempuan, dan 48% pada anak laki-laki.

Data tersebut muncul pada kelompok usia muda, yakni 10–14 tahun. Pada usia rentang usia tersebut seharusnya mereka masih berada dalam masa bermain bebas serta tumbuh bahagia.

Anak laki-laki, lanjut dia, cenderung melarikan diri ke dunia game. Sedangkan anak perempuan sering kali terkurung dalam perasaan-perasaan negatif yang didorong oleh tekanan sosial pada dunia maya.

Baca Juga: HyunA Pingsan di Atas Panggung Waterbomb Macao 2025, Tulis Pesan Haru untuk Penggemar!

Halaman:

Tags

Terkini