nasional

Memorial PB XIII, Raja Penyatu Keraton Solo: Warisan Sejarah, Badai Suksesi, dan Dualisme Takhta

Senin, 3 November 2025 | 17:00 WIB
PB XIII, Raja Surakarta yang satukan dua kubu keraton. (Instagram @kraton_solo)

KONTEKS.CO.ID - Kabar duka datang dari Keraton Surakarta Hadiningrat. Sri Susuhunan Pakubuwono XIII meninggal dunia pada Minggu, 2 November 2025 pagi di usia 77 tahun.

Sebelum wafat, PB XIII sempat dirawat di rumah sakit sejak 20 September lalu.

PB XIII: Awal Hidup dan Jejak Keraton

Lahir di Solo pada 28 Juni 1948, KGPH Hangabehi tumbuh di lingkungan yang sarat nilai ningrat dan budaya Jawa.

Sebagai putra sulung PB XII, ia akrab dengan tradisi dan spiritualitas keraton sejak kecil.

Baca Juga: Kode Rujuk? Raisa dan Hamish Daud Kompak Tak Muncul di Sidang Cerai Perdana

Badai Suksesi dan Dualisme Takhta

Namun, wafatnya PB XII pada 11 Juni 2004 memicu konflik suksesi. Dengan 35 anak dan enam istri, garis keturunan keraton pun kompleks.

Dua nama muncul sebagai calon raja yaitu Hangabehi dan adiknya, Tedjowulan.

Keluarga besar akhirnya menunjuk Hangabehi sebagai PB XIII, tapi Tedjowulan tetap menobatkan diri, memicu dualisme kepemimpinan dan bentrok antarbangsawan.

Baca Juga: Kejagung Siap Lelang Aset Mewah Harvey Moeis dan Sandra Dewi, Diserahkan ke Badan Pemulihan Aset

Penobatan PB XIII dan Dukungan Keraton

Meski situasi memanas, Hangabehi tetap melanjutkan penobatan pada 10 September 2004 di Bangsal Manguntur Tangkil.

Upacara berjalan khidmat dengan kehadiran bangsawan, cucu PB XII, dan utusan kerajaan.

Dukungan tiga sesepuh keraton menegaskan sahnya PB XIII sebagai raja.

Masa pemerintahannya menuntut PB XIII menyatukan keraton yang terpecah.

Ia fokus pada pelestarian adat, seni tari klasik, dan pembinaan abdi dalem.

Halaman:

Tags

Terkini