KONTEKS.CO.ID – Bukan hanya kereta cepat Jakarta Bandung, Whoosh, yang menjadi proyek mercuar Indonesia. Kini bangsa ini bersiap membangun kapal cepat yang kecepatannya menyaingi Whoosh.
Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) menggandeng Saint Petersburg State Maritime Technical University (SMTU), Rusia, berencana mengembangkan teknologi kapal cepat hydrofoil.
Rencana itu untuk menghadirkan solusi transportasi laut yang revolusioner di Indonesia. Perencanannya dibahas dalam kunjungan delegasi Saint Petersburg, Rusia di Gedung Rektorat ITS, pada Rabu 29 Oktober 2025.
Baca Juga: Misteri di Balik Halloween, dari Ritual Mengusir Hantu hingga Tradisi Permen Modern
Peneliti kapal hydrofoil dari ITS, Tri Achmadi menjelaskan, kapal cepat hydrofoil merupakan kapal berkecepatan tinggi yang dikembangkan oleh Rusia.
Kapal tersebut sanggup mengurangi waktu perjalanan secara signifikan dengan kecepatan dua kali lipat dari transportasi laut biasa. “Jika kereta ada Whoosh, kapal ada hydrofoil,” imbuh Tri Achmadi.
Dosen Teknik Transportasi Laut ITS itu menjelaskan, kerja sama dalam mengembangkan kapal cepat hydrofoil ini mencakup perancangan desain, proses produksi, dan pengoperasian.
Baca Juga: Ternyata Paspor Timor Leste Lebih Sakti Dibandingkan Indonesia, Kok Bisa?
Karena teknologi kapal hydrofoil telah teruji, maka kerja sama berfokus pada pembelajaran desain dan lisensi produksi.
Tri berpendapat industri perkapalan Indonesia telah siap untuk menerima teknologi ini. Jika galangan kapal di Indonesia sudah mampu membuat kapal dengan material aluminium, maka Indonesia sudah siap mengembangkan kapal hydrofoil.
Mengingat teknologi ini belum pernah ada di Indonesia, kapal hydrofoil dapat memberikan kenyamanan berkendara yang lebih baik. Bahkan tarif lebih terjangkau dengan harga tiket separuh dari harga transportasi laut konvensional.
Baca Juga: Menkum Supratman Berharap Musisi Rela Bebaskan Royalti untuk Pedagang Kaki Lima
Sementara, Rektor ITS Prof Bambang Pramujati menilai kapal hydrofoil memiliki potensi untuk diproduksi di Indonesia. Khususnya di Surabaya dengan melibatkan ITS, perusahaan manufaktur, dan industri perkapalan di Jawa Timur.
Hal ini sempat didiskusikan sebelumnya dengan Gubernur Jawa Timur. Kerja sama ini memungkinkan terjadinya transfer teknologi dan mendukung pertumbuhan ekonomi di Jawa Timur.