nasional

Pemerintah Sita 148 Hektare Tambang Nikel di Halmahera Tengah Milik China

Sabtu, 13 September 2025 | 09:24 WIB
Operasional pengolahan bijih nikel di area tambang yang dimiliki perusahaan China. (Tsingshan Holding Group)

KONTEKS.CO.ID - Harga nikel mengalami kenaikan setelah Pemerintah Indonesia menyita sebagian area tambang besar yang sebagian dimiliki produsen utama asal China, Tsingshan Holding Group Co.

Peristiwa ini menyoroti risiko terhadap pasokan bijih dari pemasok nikel terbesar dunia tersebut.

Satuan tugas pemerintah pada Kamis lalu mengambil alih sekitar 148 hektare lahan operasi milik PT Weda Bay Nickel yang ada di Halmahera Tengah.

Baca Juga: Pernyataan Resmi Emir Qatar Usai Bertemu Empat Mata dengan Prabowo

Itu adalah tambang nikel terbesar di dunia untuk bahan baku baterai.

Penyitaan dilakukan karena dugaan pelanggaran izin.

Salah satu pemegang saham perusahaan, Eramet SA asal Prancis, menyatakan sejauh ini belum ada dampak terhadap operasional, begitu seperti dilansir dari Bloomberg.

Baca Juga: Tambang Grasberg Freeport Masih Dihentikan, Pasokan Tembaga Global Kian Tertekan

Namun, penyitaan ini menegaskan tantangan berkelanjutan terhadap kepastian pasokan dari Indonesia.

Sekadar diketahui Indonesia merupakan penyumbang lebih dari separuh produksi nikel global.

Presiden Prabowo Subianto yang telah memaparkan rencana ambisius dan bernilai besar bagi Indonesia, juga berjanji menindak tegas praktik pertambangan ilegal.

Baca Juga: Mayat Pria dengan Luka Tembak di Kepala Gegerkan Warga Jambi

Langkah itu diprediksi berpotensi mengganggu aliran bijih ke smelter domestik.

Sepanjang tahun ini, smelter di Indonesia menghadapi pasar bijih yang ketat akibat curah hujan tinggi serta terbatasnya penerbitan kuota tambang oleh pemerintah.

Halaman:

Tags

Terkini