nasional

Pembatasan Pasokan Gas, Kemenperin Bentuk Pusat Krisis Industri Pengguna HGBT

Senin, 18 Agustus 2025 | 21:47 WIB
Juru Bicara Kemenperin, Febri Hendri Antoni Arief.

KONTEKS.CO.ID – Kementerian Perindustrian (Kemenperin) bergerak cepat menanggapi keresahan pelaku industri penerima Harga Gas Bumi Tertentu (HGBT) yang terdampak pembatasan pasokan dari produsen gas.

Sebagai langkah darurat, Kemenperin membentuk Pusat Krisis Industri Pengguna HGBT untuk menampung laporan, keluhan, hingga masukan dari pelaku industri.

Juru Bicara Kemenperin, Febri Hendri Antoni Arief, menjelaskan pembentukan pusat krisis ini menyusul beredarnya surat produsen gas yang menyatakan adanya pembatasan pasokan hingga 48 persen.

Baca Juga: Tak Hanya Ronald Tannur dan Shane Lukas, Mario Dandy Juga Dapat Remisi HUT ke-80 RI

“Menurut kami, hal ini janggal karena pasokan gas untuk harga normal di atas USD 15 per MMBTU tetap stabil. Tapi mengapa justru gas untuk HGBT dengan harga USD 6,5 per MMBTU yang dibatasi? Itu artinya tidak ada masalah di produksi maupun pasokan gas hulu,” kata Febri di Jakarta, Senin, 18 Agustus 2025.

Febri menilai pembatasan pasokan berpotensi menekan industri pengguna HGBT yang sangat bergantung pada ketersediaan energi murah dan kompetitif. Ia bahkan mengingatkan agar produsen gas tidak menggunakan isu pasokan sebagai alasan untuk menaikkan harga.

“Kalau gas dibatasi atau tekanannya turun, industri pasti terpukul. Ini bukan hanya soal biaya produksi meningkat, tapi juga ancaman pengurangan kapasitas, PHK, hingga menurunnya daya saing produk Indonesia,” katanya.

Baca Juga: Kemenpar Luncurkan Halo Wonderful, Permudah Akses Pengaduan Pariwisata

Menjaga 7 Subsektor Industri

Saat ini, terdapat tujuh subsektor penerima manfaat HGBT, yakni industri pupuk, petrokimia, oleokimia, baja, keramik, gelas kaca, dan sarung tangan karet.

Menurut Kemenperin, sektor-sektor tersebut sangat vital bagi penyerapan tenaga kerja dan investasi manufaktur dalam negeri.

“Kami mendengar langsung jeritan pelaku industri. Ada yang terpaksa mematikan lini produksi, mengganti bahan bakar ke solar dengan biaya lebih tinggi, bahkan ada yang menghentikan produksi,” ujar Febri.

Pusat Krisis ini, lanjutnya, akan memiliki tiga fungsi utama:

Baca Juga: Bodyguard Bawa Pulang Kotoran Putin dari KTT Alaska, Ternyata Begini Ceritanya

Halaman:

Tags

Terkini