Menurutnya, simbol semacam itu lebih merupakan ekspresi heroisme imajinatif ketimbang bentuk perlawanan terhadap konstitusi.
Ia mengajak pemerintah untuk tidak langsung menghakimi, melainkan membuka ruang dialog.
Baca Juga: Dirut Food Station Mundur Usai Jadi Tersangka, Pramono: Tak Ada Intervensi, Layanan Tetap Jalan
Minta Pemerintah Dengarkan, Bukan Menyudutkan
Prof. Sunny menegaskan pentingnya pendekatan kultural. “Simbol dari akar rumput bisa jadi jendela memahami aspirasi tersembunyi,” katanya.
Ia menyarankan negara menggali lebih dalam: mengapa Luffy disukai? Apa yang membuat simbol bajak laut begitu dekat di hati rakyat?
Dia juga menilai bahwa pesan-pesan dalam simbol Jolly Roger justru sejalan dengan nilai-nilai Pancasila.
“Jika ditafsirkan dengan empati, ekspresi semacam ini sangat Pancasilais. Negara harus mampu mendengarkan, bukan menghakimi,” tambahnya.
Bendera Merah Putih Tetap Prioritas, Tapi Jangan Abaikan Suara Akar Rumput
Meskipun ramai simbol alternatif, Dasco menekankan bahwa hanya bendera Merah Putih yang boleh dikibarkan pada 17 Agustus.
“Ini sudah jelas dan tak perlu diperdebatkan,” tegasnya.
Namun, masyarakat juga butuh ruang berekspresi. Penggunaan simbol seperti Jolly Roger bukan berarti bentuk pembangkangan.
Bisa jadi, ini ekspresi harapan: akan negara yang bebas dari penindasan, berpihak pada yang lemah, dan lebih adil.***