KONTEKS.CO.ID - Malam itu, langit tampak biasa. Tidak ada tanda-tanda bahwa pelayaran KMP Tunu Pratama Jaya dari Pelabuhan Ketapang, Banyuwangi menuju Gilimanuk, akan berubah menjadi mimpi buruk bagi para penumpangnya.
Namun, hanya dalam waktu sekitar 30 menit setelah keberangkatan, feri tersebut mulai miring dan perlahan tenggelam di perairan Selat Bali.
Eko Toniansyah (25 tahun), salah satu penyintas yang selamat, masih sulit melupakan detik-detik kapal mulai oleng.
Ia berada di dek bersama ayahnya, yang sayangnya tak berhasil diselamatkan. “Tiba-tiba kapal miring dan air masuk,” ujarnya sambil menunduk, seperti dikutip dari Reuters.
Baca Juga: Enam Korban Tewas Kapal Tenggelam di Selat Bali Diserahkan kepada Keluarga
Kepanikan meluas, sebagian penumpang melompat ke laut, sementara lainnya mencoba bertahan di kapal yang mulai karam.
Bejo Santoso (52 tahun), penumpang lain yang selamat, mengatakan ombak besar menghantam kapal sekitar 30 menit setelah pelayaran dimulai.
"Begitu kapal miring, banyak yang langsung bersiap melompat,” ungkapnya.
KMP Tunu Pratama Jaya dilaporkan mengangkut 65 orang, terdiri dari 53 penumpang dan 12 awak, serta 22 kendaraan.
Baca Juga: Kemenhub: KMP Tunu Pratama Jaya Alami Kondisi Distress Sebelum Tenggelam di Selat Bali
Hingga Kamis malam, enam korban ditemukan dalam keadaan meninggal dunia, sementara 29 berhasil diselamatkan. Sisanya, 30 orang, masih dalam pencarian.
Evakuasi berjalan dramatis. Beberapa korban ditemukan terapung di sekitar perairan Jembrana dan Gilimanuk.
Tim SAR gabungan mengerahkan helikopter, kapal pencari, serta drone termal untuk menjangkau wilayah yang sulit.
Baca Juga: Terkonfirmasi 31 Penumpang Kapal Tenggelam di Selat Bali Berhasil Diselamatkan, Bagaimana Sisanya?