nasional

Gelar Insinyur Budi Gunadi Sadikin Diduga Palsu: Sempat Mejeng 24 Jam di Website ITB, Lalu di-Take Down

Kamis, 26 Juni 2025 | 17:36 WIB
Aktivis antikorupsi Bambang Widjojanto bersama narasumber dr Agung di Podcast Obrolan Waras terkait dugaan gelar palsu yang melekat pada Menkes Budi Gunadi Sadikin. (Tangkapan Layar podcast Obrolan Waras)

KONTEKS.CO.ID - Perkara ijazah palsu ternyata bukan hanya domain dari mantan Presiden Jokowi atau Jokowi. Tapi juga menyangkut mantan anak buahnya, Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin.

Namun persoalan yang membelitnya bukan ijazah palsu, melainkan perubahan dan pemakaian gelar yang salah dan ini dianggap sebagai bagian dari kebohongan publik.

Kebohongan publik yang diduga dilakukan oleh Menkes Budi Gunadi Sadikin ini terekam dalam buku Orkestra Kebohongan Menkes Insinyur: Malapetaka Indonesia karya Sutan Rajo Mudo.

Baca Juga: Susy Susanti, Alan Budi Kusuma hingga Apriyani Rahayu Bakal Tanding Bulu Tangkis, Catat Harga Tiketnya

Hal ini yang didiskusikan oleh aktivis antikorupsi Bambang Widjojanto bersama narasumber dr Agung di Podcast Obrolan Waras.

"Sekarang kita melihat ada fabrikasi kebohongan yang terus diproduksi. Kalau teman-teman lihat ada insinyur yang berbohong, ini ada lagi insinyur lain yang juga melakukan kebohongan, diduga seperti itu," kata Bambang Widjojanto dalam prolog podcast yang membahas buku Orkestra Kebohongan Menkes Insinyur: Malapetaka Indonesia, mengutip Kamis 26 Juni 2025. 

Lebih lanjut dikatakan, sebenarnya yang bersangkutan memiliki gelar sarjana sains. Tapi kemudian di belakang atau di depan namanya selalu diungkapkan nama insinyur. 

Baca Juga: Gunung Dukono Maluku Utara Kembali Erupsi

"Walaupun ini bukan berarti kebohongan masalah ijazah, tapi perubahan gelar tanpa dasar ini juga merupakan suatu bentuk kebohongan," timpal dokter Agung.

Dia mengatakan, gelar sang menteri diubah walaupun mungkin awalnya tidak sengaja. Gelar itu diubah dari doktorandus atau "Drs" menjadi insinyur.

Dalam buku ini mempertanyakan mekanisme doktorandus menjadi insinyur itu lewat jalur mana. Sebab gelar Drs sekarang itu namanya sarjana sains. 

Baca Juga: BPHJ Evaluasi Antrean Haji, Temukan Banyak Data Tidak Aktif

Sebelumnya, lanjut Agung, semua lulusan teknik gelarnya insinyur tapi kemudian akhirnya menjadi sarjana teknik. "Sarjana teknik untuk menjadi insinyur, dia harus melalui suatu pendidikan profesi anggota dari Persatuan Insinyur Indonesia, begitu loh," ujarnya. 

Ia menegaskan, jika seseorang bukan seorang praktisi di bidang teknik dan lulusan MIPA, ITB sekalipun, dan diangkat menjadi Majelis Wali Amanah ITB, yang bersangkutan tetap tak bisa "berstatus" insinyur. 

Gelar insinyur itu pun sempat diunggah di situs kampus tersebut. "Konyolnya adalah di website-nya (ITB) ya (tercantum gelar insinyur). Website-nya itu dia disebutkan insinyur. Walaupun dalam 24 jam setelahnya (di-takedown), orang banyak yang tahu bahwa dia sebenarnya bukan insinyur," katanya. 

Baca Juga: Ridwan Kamil Gugat Balik Lisa Mariana Rp105 M: Jika Lalai, LM Wajib Bayar Uang Paksa Rp10 Juta Per Hari

"Website di walian itu dirop ya. Jadi ini menggambarkan bahwa yang kita harapkan kan klarifikasi ya. Selalu klarifikasi. Kita berharap apa yang dipersepsikan oleh publik tentang kesalahan pencantuman gelar itu bisa diklarifikasi secara jelas," harapnya. 

'Sayangnya tidak ada klarifikasi justru yang ada adalah take down seperti itu," sesal Agung. 

Menurut Bambang Widjojanto, ada tiga hal yang patut dicermati dari pemasangan gelar yang salah di sini. Pertama, Budi Gunadi secara sadar memasang gelar atas dirinya yang tidak sesuai dengan kompetensi proses pembelajarannya. 

Baca Juga: Repsol Lepas Saham Operasi Gas di Indonesia ke Medco Energi, Nilainya Lumayan

"Dan itu disematkan di sebuah universitas karena dia kan wali amanatnya. (Kampus) yang bergengsi dan cukup disegani. Dan dia sebenarnya kan secara diam-diam sedang merusak universitas itu," kata mantan Wakil Ketua KPK tersebut. 

Kemudian, sambung dia, ITB menarik gelar insinyur yang tercantum dan tindakan itu bukan berarti kebohongan tidak terjadi. "Kebohongan bahkan sudah terjadi. Sudah terjadi dan ada pelestarian kebohongan karena tidak adanya klarifikasi. Tidak ada klarifikasi. Jadi sebenarnya kebohongan itu sedang dilindungi dan itu yang mengerikan," tukasnya. 

Menkes tidak mengatakan, "Ya, saya melakukan kesalahan." 

Baca Juga: Wamen UMKM Tekankan Pentingnya Peran Kampus sebagai Ruang Tumbuh Kewirausahaan

Namun menteri dari jalur profesional ini menarik kesalahan itu seolah-olah itu bagian dari pertanggungan jawabnya. Tapi Bambang menilai itu sebenarnya bagian dari tetap menyembunyikan kebohongan. 

"Nah, yang ketiga itu yang tadi berat banget itu orang yang berbohong ini kemudian justru menghancurkan kelompok kolektif (Guru Besar) orang-orang yang menggunakan basis keilmuannya sebagai dasar berpijak, berpikir, dan berbuat. Iya. Dan itu kan luar biasa dia melakukan kebohongan," katanya lagi. 

Berdasarkan penelusuran Konteks, gelar sarjana Budi Gunadi Sadikin adalah bidang fisika nuklir. Gelar akademik itu ia dapatkan setelah menyelesaikan studi di ITB pada 1988.

Baca Juga: Presiden Prabowo: Bahlil Lahadalia Bernasib Baik Jadi Menteri

Meski menempuh pendidikan sains, ia justru berkarier di bidang ekonomi dan bisnis. Kariernya juga melesat di bidang perbankan dan ekonomi.

Sang menteri mengawali kariernya selaku Staf Teknologi Informasi IBM Asia Pasifik di Tokyo, Jepang. Lalu balik ke Indonesia sebagai Systems Integration & Professional Services Manager IBM sampai 1994. ***

Tags

Terkini