“Saat ini saya sedang mengerjakan masalah ini di Indonesia,” ujar Heki.
Dengan kombinasi data GNSS di darat dan teknologi geodesi dasar laut, Indonesia dinilai bisa mulai memetakan akumulasi tegangan di zona megathrust.
Langkah ini penting sebagai fondasi sistem peringatan dini berbasis sains, bukan sekadar respons pascabencana.
Baca Juga: Zulfa Mustofa Gaspol Safari NU ke Jawa Barat, Konsolidasi Ditegaskan di Tengah Dinamika Internal
Sebagai catatan, para ahli telah memetakan 14 zona megathrust di Indonesia dalam Peta Sumber dan Bahaya Gempa Indonesia 2024.
Jumlah ini bertambah dari 13 zona pada peta 2017.
Di Pulau Jawa saja, terdapat tiga segmen megathrust dengan potensi gempa hingga magnitudo 9,1.
Baca Juga: Viral Pedagang Mie Babi Pakai Atribut Muslim di Bandung, Satpol PP Turun Tangan dan Beri Teguran
Adapun 14 zona megathrust tersebut meliputi:
- Aceh-Andaman (M 9,2)
- Nias-Simeulue (M 8,7)
- Batu (M 7,8)
- Mentawai-Siberut (M 8,9)
- Mentawai-Pagai (M 8,9)
- Enggano (M 8,9)
- Jawa (M 9,1)
- Jawa Barat (M 8,9)
- Jawa Timur (M 8,9)
- Sumba (M 8,9)
- Sulawesi Utara (M 8,5)
- Palung Cotobato (M 8,3)
- Filipina Selatan (M 8,2)
- Filipina Tengah (M 8,1).
Dengan ancaman sebesar itu, para ahli sepakat, kesiapsiagaan dan mitigasi berbasis data ilmiah menjadi kunci menyelamatkan jutaan jiwa di masa depan.***
Artikel Terkait
Aceh Diguncang Gempa Dangkal Selasa Siang, Tak Berpotensi Tsunami, Cek Magnitudonya
Gempa Dahsyat Hantam Jepang, KBRI Pastikan 11 Ribu WNI di Tiga Prefektur Selamat
Gempa Magnitudo 6,7 Kembali Guncang Jepang, Diprediksi Bakal Diterjang Tsunami 1 Meter
Gempa Magnitudo 4,6 Guncang Melonguane Sulut, Berpusat di Darat
Gempa Dalam Hantam Minahasa Selatan, Berpusat di Barat Laut Amurang