KONTEKS.CO.ID - Mantan mahasiswa Universitas 17 Agustus 1945 (UTA'45) Jakarta, Santoso, mengatakan, skorsing terhadap Damar Setyaji Pamungkas harus menjadi momentum pupus pemberangusan demokrasi di kampus.
"Ini jadi momentum, minimal ada perlawanan dari luar [UTA'45], biar bisa jadi contoh, kalau kampus itu ruangnya buat kebebasan akademik, kebebasan berpikir," kata dia kepada Konteks di Jakarta, Selasa, 18 November 2025.
Ia menegaskan, aksi pemberangusan demokrasi jangan sampai terjadi di kampus lain.
Baca Juga: Mantan Mahasiswa Kuak UTA'45 Jakarta Bangkang Putusan Pengadilan
"Enggak boleh ada pelarangan-pelarangan apapun itu, apalagi diskusi. Persemaian-persemaian gagasan kan di kampus," ujarnya.
Santoso menyampaikan, masyarakat sipil sangat mendukung demokrasi dan jangan kembali seperti pada masa Orde Baru (Orba).
"Masyarakat sipil sikapnya menjunjung demokrasi," ucapnya.
Diskusi ini sangat penting dan memberikan kesempatan kepada semua pihak untuk mengutarakan pandangan atau pendapatnya.
"Yang pro dan yang kontra ada Pahlawan Nasional itu, ya berdebatnya di forum diskusi," katanya.
Sedangkan untuk skorsing yang dijatuhkan terhadap Damar, Santoso menegaskan, UTA'45 Jakarta harus segera mencabut karena melanggar statuta. "Desak dicabut," ujarnya.***
Artikel Terkait
UTA’45 Bungkam Pikiran Kritis Mahasiswa, Diskusi Soeharto Bukan Pahlawan Dianggap Politik Praktis
KIKA: Sanksi Mahasiswa UTA'45 Jakarta Bertentangan dengan Konstitusi, Harus Dicabut!
Terungkap! UTA'45 Jakarta Diduga Langgar Statutanya Sendiri Terkait Skorsing Mahasiswa Damar Setyaji Pamungkas
Skorsing Damar Lampaui Statuta, Mantan Mahasiswa: UTA'45 Jakarta Represif karena Selalu Dukung Penguasa
Mantan Mahasiswa Kuak UTA'45 Jakarta Bangkang Putusan Pengadilan