• Senin, 22 Desember 2025

Agus Pambagio: Kalau Proyek Whoosh Dibuka, Banyak yang Kena

Photo Author
- Kamis, 6 November 2025 | 06:05 WIB
Seri Diskusi Kebangsaan yang digelar Strategi Institute dengan tema “Skandal Whoosh Pintu Masuk Bongkar Korupsi Jokowi” di Gedung Gerakan Bhineka Nasionalis (GBN), Tanah Abang, Jakarta Pusat.
Seri Diskusi Kebangsaan yang digelar Strategi Institute dengan tema “Skandal Whoosh Pintu Masuk Bongkar Korupsi Jokowi” di Gedung Gerakan Bhineka Nasionalis (GBN), Tanah Abang, Jakarta Pusat.


KONTEKS.CO.ID – Analis kebijakan publik dan pakar transportasi
Agus Pambagio terus menyoroti proyek Kereta Cepat Jakarta–Bandung (KCJB) atau Whoosh, yang menurutnya sejak awal penuh kejanggalan.

Dalam Seri Diskusi Kebangsaan yang digelar Strategi Institute dengan tema “Skandal Whoosh Pintu Masuk Bongkar Korupsi Jokowi” di Gedung Gerakan Bhineka Nasionalis (GBN), Tanah Abang, Jakarta Pusat, pada Rabu, 5 November 2025, Agus mengaku sudah hampir seratus hari terus-menerus menyuarakan kritik terhadap proyek strategis nasional itu.

“Hari ini hari ke-97 saya bicara soal Whoosh. Sedikit melelahkan, tapi ya risiko,” ujar Agus membuka pemaparannya.

Baca Juga: Korupsi CSR BI-OJK, KPK Sita 25 Aset Tersangka Satori Senilai Rp10 Miliar

Menurutnya, kejanggalan proyek ini sudah tampak sejak awal perencanaannya, ketika pemerintah tiba-tiba mengalihkan proyek dari Jepang ke China meski Jepang telah menyiapkan studi dan rancangan yang matang.

“Secara kriminal mungkin tidak salah, tapi secara etika kebijakan itu tidak elok. Jepang sudah siap, sudah menyusun studi lengkap. Tapi tiba-tiba berubah begitu saja,” ujar Agus.

Ia juga menceritakan pernah dipanggil pemerintah saat itu setelah kritiknya soal proyek Whoosh mulai menarik perhatian publik.

Dalam pertemuan itu, ia menegaskan bahwa dirinya mendukung kemajuan teknologi, namun tetap menolak keputusan yang dianggap tidak tepat.

Baca Juga: Prabowo Pasang Badan Bayar Utang, KPK Pastikan Akan Terus Usut Kasus Whoosh

“Saya ditanya apakah saya mendukung teknologi. Saya bilang mendukung. Tapi mendukung teknologi bukan berarti membenarkan keputusan yang bermasalah,” ujarnya.

Agus kemudian menyoroti sejumlah persoalan yang muncul selama pengerjaan proyek, mulai dari pembengkakan biaya (cost overrun), perubahan spesifikasi teknis, hingga pembayaran lahan dan subkontraktor yang belum tuntas.

“Anggarannya keluar, tapi ada tanah dan subkontraktor yang belum dibayar. Itu saja sudah bicara banyak,” kata Agus.

Baca Juga: Gubernur Riau Abdul Wahid Akan Gunakan Uang 'Jatah Preman' untuk Pergi ke Inggris, Brasil, dan Malaysia

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Eko Priliawito

Tags

Artikel Terkait

Terkini

X