Gedung DPRD Provinsi Sulawesi Selatan dan DPRD Kota Makassar hangus terbakar akibat aksi massa.
Hal serupa terjadi di Surakarta, di mana Kantor Sekretariat DPRD Solo juga menjadi sasaran.
Gedung Negara Grahadi Ikut Terbakar
Tidak hanya itu, di Surabaya, Gedung Negara Grahadi, ikon bersejarah sekaligus pusat kegiatan resmi terbakar.
Tak kurang dari 11 pos polisi di kota tersebut ikut rusak berat.
Sementara itu, di Palembang, Gedung DPRD dan Kantor Ditlantas Polda Sumsel ikut terbakar.
Aksi serupa juga terjadi di Jambi, di mana Gedung DPRD Provinsi tak luput dari perusakan.
“Kerusakan-kerusakan ini menjadi perhatian serius pemerintah daerah dan aparat keamanan. Dampaknya tidak hanya finansial, tapi juga kepercayaan publik terhadap proses demokrasi,” tegas Tito.
Latar Belakang Gelombang Aksi
Gelombang unjuk rasa ini dipicu oleh kritik terhadap besarnya gaji dan tunjangan pejabat parlemen.
Isu tersebut memicu kemarahan publik, terutama dari kalangan mahasiswa dan aktivis.
Meski pemerintah mengakui aspirasi masyarakat harus didengar, Tito menegaskan bahwa tindak anarkis tidak bisa dibenarkan.
Pemerintah berkomitmen membuka ruang dialog agar aspirasi bisa tersampaikan dengan baik tanpa menimbulkan kerugian bersama.
“Demokrasi memang memberi ruang untuk menyampaikan pendapat, tapi harus dengan cara yang tertib,” ungkap Tito.
Artikel Terkait
Daftar Negara yang Pernah Berlakukan Darurat Militer, Indonesia Termasuk?
Faizal Assegaf Desak Prabowo Tangkap Hendropriyono, Sebut Jokowi Dalang Rusuh Nasional
Puluhan Orang Masih Hilang Sejak Aksi Unjuk Rasa, Ini Penjelasan KontraS
Pelajar Anak Penjual Kopi Keliling Meninggal Dunia Usai Demonstrasi Ricuh di DPR, Ada Benturan di Kepala
AdMedika dan PT CMS Duta Solusi Jalin Kolaborasi Strategis untuk Perkuat Perlindungan Data dan Efisiensi Klaim Kesehatan