• Minggu, 21 Desember 2025

Produsen Sawit Siaga karena Kebakaran Lahan di Sumatra Terjadi saat Puncak Panen

Photo Author
- Jumat, 25 Juli 2025 | 14:59 WIB
Uni Eropa (UE) mendapat sorotan atas tindakannya yang dinilai menghalangi komoditas andalan Indonesia, sawit dan nikel. (Foto: iStockphoto)
Uni Eropa (UE) mendapat sorotan atas tindakannya yang dinilai menghalangi komoditas andalan Indonesia, sawit dan nikel. (Foto: iStockphoto)

KONTEKS.CO.ID - Industri kelapa sawit Indonesia kini dalam kondisi siaga tinggi menyusul meningkatnya kebakaran hutan dan lahan gambut di wilayah Sumatra.

Situasi ini mengancam aktivitas perkebunan di sejumlah wilayah kunci serta menimbulkan kekhawatiran terhadap gangguan produksi di tengah musim panen puncak.

April Group, salah satu produsen pulp dan kertas terbesar yang beroperasi di Riau, menyatakan kepada 'The Business Times' operasional mereka masih berjalan normal, tetapi dengan kewaspadaan yang ditingkatkan.

“Dalam beberapa pekan ke depan, tim tanggap darurat kami tetap siaga penuh,” ujar Craig Tribolet, Wakil Direktur Keberlanjutan April Group.

Baca Juga: Indonesia dan Malaysia Bikin Harga Minyak Sawit Dunia Diproyeksi Tembus Rp19,6 Juta per Ton

“Kami terus berkoordinasi secara intensif dengan masyarakat setempat dan otoritas pemerintah untuk mencegah kebakaran dan melindungi area perkebunan, kawasan konservasi, serta desa-desa di sekitar.”

Tribolet juga menambahkan bahwa April Group telah menerapkan kebijakan tanpa bakar sejak tahun 1993, dengan strategi pengelolaan kebakaran yang fokus pada pencegahan, kesiapsiagaan, pemadaman, dan pemulihan.

Provinsi Riau, salah satu wilayah penghasil sawit terbesar di Indonesia, telah menetapkan status darurat menyusul kebakaran yang terus meluas di sejumlah kabupaten.

Meski demikian, Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) menyatakan bahwa belum ada perkebunan anggotanya di Riau yang terdampak langsung.

Baca Juga: Mandat B50 Indonesia Berpotensi Dongkrak Permintaan Sawit hingga 3 Juta Ton

Ketua Umum GAPKI, Eddy Martono, menegaskan bahwa seluruh perusahaan tetap waspada dan telah melakukan persiapan menghadapi musim kering sejak jauh hari.

“Menjelang setiap musim kering, kami selalu mengirimkan surat edaran resmi kepada seluruh anggota,” ujarnya.

Martono menambahkan bahwa sejauh ini kebakaran terjadi di luar area yang dikelola perusahaan, tetapi risiko tetap tinggi, terutama karena kondisi cuaca yang memburuk.

Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) melaporkan pada Selasa lalu bahwa titik api di Riau meningkat dari 392 menjadi 583, dengan sekitar 50 hektare lahan terbakar di wilayah Rokan Hulu dan Rokan Hilir.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Ari DP

Tags

Artikel Terkait

Terkini

X