KONTEKS.CO.ID - Rakhmat Hidayat, anggota pakar dari Perhimpunan Pendidikan dan Guru (P2G), mengkritik kebijakan masuk sekolah pukul 06.00 pagi yang dinilainya tidak berperikemanusiaan.
Ia menekankan adanya potensi gangguan psikologis yang bisa timbul akibat jadwal masuk sekolah yang terlalu pagi.
Menurut Rakhmat, sekolah seharusnya menjadi lingkungan yang menyenangkan dan aman bagi siswa, bukan malah menjadi beban.
"Jam masuk sekolah pukul 6 pagi itu terlalu memaksa dan bisa membuat siswa tidak nyaman," ujarnya seperti didengarkan dari siaran RRI, Selasa, 3 Juni 2025.
Baca Juga: Libur Sekolah Hemat! Prabowo Teken Diskon Besar Tiket Kereta, Pesawat, Kapal Laut dan Tol
Jika alasan penerapan kebijakan ini adalah demi meningkatkan kedisiplinan, Rakhmat menilai masih banyak pendekatan lain yang lebih rasional.
Ia juga menyuarakan kekhawatiran kebijakan semacam ini bisa menjadi preseden yang keliru.
“Kalau dianggap sukses, bisa-bisa tahun depan jam masuk sekolah dipercepat lagi, misalnya jadi jam 5 pagi. Ini bisa jadi tren yang berbahaya,” ucapnya.
Rakhmat mengingatkan kejadian serupa pernah terjadi di Nusa Tenggara Timur (NTT), ketika jadwal masuk sekolah ditetapkan pukul 5 pagi dan menuai banyak penolakan dari masyarakat karena dianggap menyulitkan siswa maupun guru.
Ia juga meminta agar pemerintah mempertimbangkan kondisi geografis Jawa Barat yang sangat bervariasi.
“Bagaimana nasib siswa yang tinggal di daerah terpencil atau di pegunungan dengan akses jalan yang sulit?” ujarnya.
Menurutnya, penerapan kebijakan ini perlu disertai dengan fasilitas transportasi yang memadai.
Jika tidak, siswa dan tenaga pendidik akan tertekan karena harus berangkat terlalu pagi.
Artikel Terkait
MK Perintahkan Pemerintah Pusat dan Daerah Biayai Pendidikan Dasar Sekolah Negeri dan Swasta
Jadwal Libur Sekolah Semester Genap 2025 di Seluruh Provinsi, Cek Tanggalnya!