KONTEKS.CO.ID - CEO Korea Aerospace Industries (KAI), Kang Goo-young, berharap agar ketegangan dengan Indonesia segera diselesaikan.
Sebab, Indonesia merupakan mitra utama dalam proyek pengembangan jet tempur KF-21 sejak 2016.
Jet tempur itu diharapkan menjadi program pesawat tempur generasi 4.5 paling canggih dari KAI.
Hubungan kerja sama Korea-Indonesia mulai memburuk sejak 2023, setelah sejumlah teknisi Indonesia tertangkap coba membawa keluar berkas sensitif dari lokasi pengembangan bersama di Korea.
Mereka membawa perangkat USB yang tidak sah.
Lima personel saat ini tengah diselidiki dan dilarang meninggalkan Korea Selatan, yang disebut-sebut menjadi salah satu sumber ketidakpuasan dari pihak Jakarta.
Berbicara kepada wartawan Korea Selatan dalam pameran pertahanan LIMA 2025 di Langkawi, Kang menekankan pentingnya penyelesaian yang "damai dalam kerangka hukum", seraya mengungkapkan kekhawatiran bahwa konflik berkepanjangan dapat menghambat upaya promosi KF-21 di kawasan.
Meski sempat muncul spekulasi Indonesia mungkin akan mundur dari proyek KF-21, Kang menyatakantidak percaya hal itu akan terjadi.
Baca Juga: Strategi 'ABC' Dibalik Cerita Jet Tempur Pakistan Jatuhkan Rafale India
Menurutnya, Indonesia masih memiliki kewajiban pembayaran sekitar 200 miliar won (sekitar USD145,8 juta) untuk pengembangan proyek—100 miliar won untuk tahun ini dan 100 miliar untuk tahun depan.
Pemerintah Indonesia, kata Kang, bahkan telah menganggarkan pembayaran pada 2024.
“Itu bukan sinyal penarikan diri,” ujarnya, menambahkan bahwa Indonesia masih memantau kemajuan KF-21 dan kecil kemungkinan akan mundur begitu saja.
Namun Kang mengakui memburuknya hubungan dengan Jakarta bisa berdampak pada dinamika kawasan.
Baca Juga: Dog Fight Chengdu J-10C Pakistan vs Rafale India: Spek 'Jahat' Jet Tempur China Pembunuh di Langit
Artikel Terkait
Kemampuan KF-21 Boramae Sekelas Jet Tempur Sukhoi Su-35
Gempuran 100 Jet Tempur ke Yaman Hampir Membunuh Bos WHO