Bela Jokowi, Megawati Soekarnoputri Tegaskan Ijazah Itu Asli, Projo: Saatnya Tegur Para Penuduh

Handoko mengatakan bahwa tuduhan mengenai ijazah Jokowi bukan hanya menyudutkan pribadi Presiden, tetapi juga berpotensi merusak reputasi lembaga pendidikan di Indonesia, termasuk Universitas Gadjah Mada (UGM) yang telah beberapa kali mengonfirmasi bahwa Jokowi adalah alumnus sah dari kampus tersebut.

“Kampus sudah bicara. Negara sudah bicara. Tapi tetap saja ada yang menolak percaya karena kepentingan politik. Ini yang kami harap bisa dihentikan oleh semua pihak,” tegas Handoko.

Desakan Hukum terhadap Penyebar Fitnah
Selain mendesak klarifikasi dari elite politik, Projo juga meminta aparat penegak hukum agar tidak ragu menindak para penyebar hoaks terkait ijazah Presiden.

Baca Juga: Cek Harga Motorola Edge 60 FUSION dengan Layar Lengkung 4 Sisi, Kamera Kelas Profesional dan Tangguh ala Militer

Mereka menyebut, apabila dibiarkan, hal tersebut bisa menjadi preseden buruk dalam demokrasi Indonesia.

“Bayangkan kalau setiap pemimpin dituduh palsu tanpa dasar, apa jadinya negeri ini? Projo mendesak tindakan hukum yang tegas terhadap siapa pun yang menyebarkan informasi palsu dan menyesatkan publik,” tambah Handoko.

Isu Lama yang Terus Diulang

Isu mengenai keaslian ijazah Presiden Jokowi sebenarnya sudah muncul sejak awal masa pemerintahannya dan kembali muncul jelang Pemilu 2024.

Berbagai klarifikasi telah diberikan, mulai dari Kementerian Pendidikan, Universitas Gadjah Mada, hingga pengadilan yang telah menolak gugatan terkait keaslian ijazah tersebut.

Namun demikian, isu ini tetap menjadi bahan perdebatan di media sosial dan kanal-kanal tertentu. Dalam banyak kasus, tuduhan tersebut disebarkan tanpa bukti kuat dan cenderung bersifat insinuatif.

Baca Juga: Jika Maju Jadi Ketua Umum PSI, Jokowi Tak Ingin Kalah dan Mengalah Meski Lawan Kaesang Pangarep

Pernyataan Megawati dan reaksi Projo ini diharapkan menjadi sinyal kuat bahwa elite politik dan pendukung pemerintahan tidak tinggal diam menghadapi fitnah yang berulang.

Mereka berharap masyarakat dapat lebih cermat dalam menyikapi informasi dan tidak mudah terprovokasi oleh narasi yang tidak berdasar.***