Pos-pos konservasi penyu telah didirikan di pantai-pantai seperti Jogosimo, Tambak Mulyo, dan Lembu Purwo, membantu melindungi telur-telur penyu yang sebelumnya rawan dijarah.
Wilayah ini juga melestarikan warisan budaya melalui kerajinan anyaman pandan, sebuah tradisi yang diwariskan secara turun-temurun.
Di Desa Wonorejo, program Geopark Jiemat memperkenalkan kerajinan ini kepada para siswa, mengajarkan cara mengolah daun pandan menjadi tas dan sandal.
Sementara, di Desa Grenggeng, Forum Pemuda Inovatif membantu para perajin lokal melalui pelatihan pemasaran digital, menghubungkan kerajinan tradisional dengan pasar modern.
Tradisi Jawa terlihat jelas dalam kerajinan, kuliner, dan kehidupan masyarakat setempat.
Kondisi geologi seperti sumber air tanah dan keberadaan sungai turut memengaruhi pola permukiman, pertanian, hingga praktik spiritual sejak zaman Megalitikum.
Sedangkan, Geopark Meratus di Kalimantan Selatan menonjolkan evolusi tektonik kompleks sejak periode Jurassic dan mengandung seri ofiolit tertua di Indonesia, serta cadangan intan yang berharga.
Lanskap unik ini mendukung keanekaragaman hayati yang kaya, termasuk berbagai jenis anggrek dan bekantan.
Upaya konservasi di ekosistem mangrove telah membantu meningkatkan populasi bekantan, yang kini menjadi maskot Kalimantan Selatan.
Geopark ini juga menjadi rumah bagi komunitas Banjar dan Dayak yang masih melestarikan gaya hidup tradisional.
Aktivitas perdagangan di Pasar Terapung Lok Baintan masih menggunakan perahu jukung, sementara masyarakat Dayak Meratus tetap mempertahankan tradisi 'balanting paring', yakni arung jeram menggunakan rakit bambu.
Identitas budaya suku Banjar juga dijaga melalui kain sasirangan, yang berasal dari tahun 1335 dan memiliki makna simbolis dalam warna serta motifnya.***
Artikel Terkait
Wisata Sawah Jatiluwih, Keindahan Terasering Bali yang Diakui UNESCO
Kumpulan Surat Kartini Diakui Unesco sebagai Warisan Dunia Dokumenter