• Senin, 22 Desember 2025

RUU TNI Disahkan, Kita Jatuh di Lubang Sama Biarkan Dwifungsi ABRI Bangkit Lagi

Photo Author
- Kamis, 20 Maret 2025 | 15:50 WIB
Mahasiswa Trisakti Gelar Aksi Tolak Revisi UU TNI (foto: instagram.com/kepresmausakti)
Mahasiswa Trisakti Gelar Aksi Tolak Revisi UU TNI (foto: instagram.com/kepresmausakti)

KONTEKS.CO.ID - Pakar hukum tata negara Universitas Gadjah Mada (UGM), Zainal Arifin Mochtar menyatakan pengesahan RUU TNI menjadi Undang-Undang melalui proses yang singkat dan tidak partisipatif oleh DPR dan pemerintah merupakan kesalahan sejarah kelam yang diulangi.

Menurut Zainal, UU TNI secara halus dapat menjembatani dwifungsi yang membangkitkan otoritarianisme dalam pemerintahan. Otoritarianisme seperti era Orde Baru dan beradaptasi dengan zaman dan muncul dalam bentuk baru.

“Menurut saya, maaf, agak tolol adalah mereka yang mengatakan Orde Baru tidak akan dibangkitkan kembali. Neo-otoritarianisme tidak pernah sama. Namun, yang terjadi adalah pengulangan paradigma dengan cara baru,” katanya dalam keterangannya pada Kamis, 20 Maret 2025.

Baca Juga: Ditanya RUU TNI Disahkan, Lagi-lagi Presiden Prabowo Hanya Lambaikan Tangan

Selain itu, beberapa poin penting dalam UU TNI soal perubahan usia pensiun dan penempatan militer di jabatan sipil juga perlu disoroti.

Padahal dalam negara demokrasi, keputusan seperti demikian diambil melalui kebijakan mendalam, bukan justru membuat kesimpulan lebih dulu lalu mencari justifikasi.

“Biasakan dalam negara demokrasi, jangan konklusi mendahului analisa. Sudah ada konklusi duluan kalau ada dwifungsi, baru analisanya dicari-cari. Mari kita lakukan analisa dulu, baru konklusi yang tepat,” katanya.

Baca Juga: Susunan Pemain Australia vs Indonesia, Sama-Sama Formasi Menyerang

Zainal melihat, bahwa saat ini ada mismanejemen dalam pengelolaan jabatan di tubuh TNI. Padahal Indonesia memiliki surplus 419 jenderal yang seharusnya ditangani dengan reformasi manajemen ketentaraan, bukan menempatkan tentara di jabatan sipil.

Bila dibandingkan dengan sistem militer di Amerika Serikat, jenderal memang ditempatkan sebagai posisi tertinggi, tetapi kolonel justru yang banyak mengisi struktur.

“Kita ini seperti keledai dungu yang jatuh ke lubang yang sama kalau kita biarkan dwifungsi ABRI bangkit kembali,” katanya.***

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Eko Priliawito

Tags

Artikel Terkait

Terkini

X