"Banyak warga masih membakar sampah secara terbuka, dari sanalah mikroplastik dilepaskan ke udara,” tuturnya.
Dia menjelaskan, partikel mikroplastik bersifat seperti 'spons', menyerap bahan kimia berbahaya dan mikroorganisme dan jika dihirup manusia bisa menimbulkan iritasi atau peradangan.
Baca Juga: Wulan Guritno Ungkap 20 Tahun Berjuang Lawan Jerawat dan Luka Emosional: Kala Itu Benci Lihat Cermin
Tak hanya itu, juga berpotensi masuk ke aliran darah jika berukuran di bawah 50 mikron.
Namun tak hanya di Jakarta, fenomena air hujan mengandung mikroplastik juga tercatat di 18 kota besar di Indonesia.
Dia menyebut, semakin padat penduduk dan aktivitas industrinya, semakin tinggi pula kadar mikroplastik di dalamnya.
Baca Juga: Erick Thohir: STY dan Patrick Kluivert Sudah Masa Lalu
Reza memberi contoh, kadar mikroplastik di Muara Angke meningkat lima kali lipat antara 2015 dan 2022.
Untuk itu, solusi jangka panjangnya, tambah Reza, adanya pengembangan bioplastik alami dan penelitian mikroba penghancur plastik.
"Temuan ini harus menjadi alarm bersama. Mikroplastik adalah jejak aktivitas manusia yang tidak bisa diabaikan. Kini bahkan air hujan pun memberi pesan bahwa bumi butuh kita rawat,” tandasnya.***