• Senin, 22 Desember 2025

Penyebab Kualitas Udara di Jakarta Tak Sehat Hingga Terburuk di Dunia

Photo Author
- Jumat, 9 Juni 2023 | 09:04 WIB
Udara di Jakarta paling berpolusi di dunia (Dok Beriyajakarta.id)
Udara di Jakarta paling berpolusi di dunia (Dok Beriyajakarta.id)

KONTEKS.CO.ID - Pemerintah Provinsi DKI Jakarta melalui Dinas Lingkungan Hidup (LH) menjelaskan penyebab udara di Jakarta masuk kategori tidak sehat.

Menurut Dinas Lingkungan Hidup, penyebab udara di Jakarta masuk kategori tak sehat dipengaruhi aktivitas warga hingga kondisi cuaca.

Disebutkan, penyebab kualitas udara di Jakarta yang dilaporkan tak sehat juga disebabkan aktivitas warga yang menghasilkan emisi usai Covid-19 mengalami peningkatan.

"Kualitas udara selain dipengaruhi oleh sumber emisi di mana pada kondisi pasca Covid-19, saat ini aktivitas manusia yang menghasilkan emisi kembali meningkat," ungkap Kepala Dinas LH DKI Jakarta Asep Kuswanto dalam keterangannya, dikutip Jumat 8 Juni 2023.

Sementara, faktor Indonesia yang sedang memasuki musim kemarau di bulan Mei hingga Agustus juga berimbas pada peningkatan konsentrasi polutan udara.

Dikatakan Asep, kondisi ini akan menurun saat curah hujan di Indonesia meningkat di bulan September-Desember yang membantu peluruhan polutan yang melayang di udara.

"Hal tersebut terlihat dari tren konsentrasi PM 2,5 tahun 2019 sampai 2023. Konsentrasi rata-rata bulanan PM2,5 bulan April 2023 sebesar 29,75 g/m3 menjadi 50,21 g/m3 di bulan Mei 2023," jelasnya.

"Namun konsentrasi tersebut masih lebih rendah bila dibandingkan Mei 2019 saat kondisi normal yaitu sebesar 54,38 g/m3," sambungnya.

Selain itu, kecepatan angin yang rendah di Jakarta berimbas pada stagnasi pergerakan udara sehingga polutan udara akan terakumulasi.

Tak hanya itu, kondisi ini dapat memicu produksi polutan udara lain seperti ozon permukaan 03, yang keberadaannya dapat diindikasikan dari penurunan jarak pandang.

"Pola arah angin permukaan memperlihatkan pergerakan massa udara dari arah timur dan timur laut yang menuju Jakarta, dan memberikan dampak terhadap akumulasi konsentrasi PM2.5 di Jakarta," terangnya.

Lalu, kelembapan udara relatif yang tinggi dapat menyebabkan munculnya lapisan inversi dekat permukaan.

Lapisan inversi merupakan lapisan di udara yang ditandai dengan peningkatan suhu udara seiring dengan peningkatan ketinggian lapisan.

"Dampak dari keberadaan lapisan inversi menyebabkan PM 2.5 yang ada di permukaan menjadi tertahan, tidak dapat bergerak ke lapisan udara lain dan mengakibatkan akumulasi konsentrasinya yang terukur di alat monitoring," jelasnya.

Sumber Polutan Terbesar


Asep mengatakan, sumber polutan S02 terbesar di Jakarta berasal dari sektor industri yaitu sebesar 61,96 persen.

Sementara sumber polutan lainnya seperti NOX, CO, PM10 dan PM2,5 mayoritas berasal dari sektor transportasi.

Asep menjelaskan sumber emisi di suatu wilayah pasti akan mempengaruhi wilayah angin karena adanya pergerakan polutan oleh angin.

"Sehingga menyebabkan terjadinya potensi peningkatan konsentrasi di lokasi tersebut," tandasnya.

Terburuk Ketiga di Dunia


DKI Jakarta menempati posisi ketiga kota paling berpolusi di dunia, pada Jumat 9 Juni 2023 pagi.

Kota dengan kualitas udara terburuk di dunia ditempati Kota Tel Aviv, Israel dengan indeks kualitas angka berada di 156.

Di peringkat kedua, ditempati Kota Dhaka, Banglades dengan indeks kualitas udara 153 sama dengan Jakarta.

IQAir merekomendasikan agar warga mengenakan masker saat berada di luar ruangan, menyalakan penyaring udara, menutup jendela untuk menghindari udara luar yang kotor dan menghindari aktivitas di luar ruangan.***

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Kasim Lopi

Tags

Terkini

X