KONTEKS.CO.ID - Hernia pada anak termasuk kondisi medis yang cukup sering dijumpai, namun kerap dianggap sepele karena awalnya tidak menimbulkan nyeri.
Padahal, jika terlambat ditangani, hernia bisa memicu komplikasi serius. Kabar baiknya, dunia kedokteran kini punya solusi yang lebih ramah anak lewat teknologi operasi minimal invasif.
“Hernia adalah kondisi saat organ atau jaringan menonjol keluar akibat kelemahan dinding tubuh,” jelas dr. Karmile, Sp.B.A, Dokter Spesialis Bedah Anak RS Pondok Indah, Pondok Indah.
Baca Juga: DKI Siap Gaspol! 14 Panggung Hiburan Meriahkan Malam Tahun Baru 2026 di Sudirman Thamrin
Jenis Hernia yang Paling Sering Terjadi pada Anak
Dari berbagai jenis hernia, dua yang paling umum dialami anak adalah hernia inguinal (di lipatan paha atau kantung kemaluan) dan hernia umbilikal (di pusar).
Hernia inguinal umumnya tidak bisa sembuh sendiri, sementara hernia umbilikal masih bisa menutup spontan hingga usia 3–4 tahun dengan pemantauan rutin.
Gejala yang Wajib Orang Tua Waspadai
Ciri khas hernia pada anak biasanya berupa benjolan yang hilang-timbul dan tidak nyeri. Namun, kondisi berubah serius saat terjadi penjepitan.
Anak bisa rewel, muntah, kesakitan, hingga perut kembung. Jika benjolan menetap, memerah, atau disertai BAB berdarah, segera ke rumah sakit.
“Kalau sudah terjepit, hernia harus ditangani darurat. Jangan ditunda,” tegas dr. Karmile.
Baca Juga: Nama Wali Kota Semarang Agustina Wilujeng Mencuat di Sidang Chromebook, Bantah Terima Aliran Dana
Operasi Laparoskopi, Solusi Modern yang Lebih Nyaman
Saat ini, operasi hernia pada anak dapat dilakukan dengan metode laparoskopi.
Teknik ini hanya membutuhkan sayatan kecil sekitar 0,5–1 cm dengan bantuan kamera.
Keunggulannya? Waktu operasi lebih singkat, nyeri minimal, dan masa pemulihan lebih cepat. Bahkan, dokter bisa mendeteksi hernia kanan dan kiri sekaligus lewat satu sayatan.
Pascaoperasi, anak biasanya hanya perlu observasi 24–48 jam. Luka pun lebih rapi dan mudah dirawat.