KONTEKS.CO.ID -Peringatan Hari Ibu setiap 22 Desember di Indonesia punya napas yang berbeda.
Bukan cuma soal bunga, cokelat, atau ucapan manis, Hari Ibu lahir dari sejarah panjang gerakan perempuan yang memperjuangkan kesetaraan.
Akar peringatannya bermula dari Kongres Perempuan Indonesia pertama pada 1928, sebuah tonggak penting yang menandai suara perempuan mulai diperhitungkan di ruang publik.
Baca Juga: Daftar Pemenang FIFA Football Awards 2025: Ridho Gagal Puskas, Donnarumma Resmi Kiper Terbaik Dunia
Karena latar belakang itu, Hari Ibu di Indonesia tak identik dengan perayaan peran domestik semata.
Momentum ini justru menjadi pengakuan atas kontribusi perempuan di berbagai lini, mulai dari keluarga, dunia kerja, komunitas, hingga ruang pengambilan keputusan.
Di lingkungan profesional, Hari Ibu bisa dimaknai sebagai ajang memberi apresiasi tulus kepada rekan perempuan atas kerja, ketangguhan, dan peran ganda yang kerap mereka jalani.
Baca Juga: Daftar Pemenang FIFA Football Awards 2025: Ridho Gagal Puskas, Donnarumma Resmi Kiper Terbaik Dunia
Memberi hadiah di Hari Ibu pun sebaiknya tidak asal. Bukan soal harga, melainkan makna.
Hadiah ideal adalah yang relevan, fungsional, dan tidak mereproduksi stereotip gender.
Seorang pegiat isu perempuan menyebut, Hari Ibu adalah momen refleksi bersama bahwa kerja perempuan, baik yang terlihat maupun tak terlihat, layak dihargai.
Ide Hadiah Hari Ibu: Bermakna Bukan Sekadar Formalitas
Pilihan hadiah bisa dimulai dari hal sederhana namun personal.
1. Kartu ucapan dengan pesan apresiasi yang spesifik soal kontribusi kerja sering kali lebih berkesan dibanding kado mahal.