Semua karya ini tak dijual bebas, namun pihak pengelola membuka pemesanan khusus bagi wisatawan yang ingin membawa pulang karya seni personal.
“Semua yang ditampilkan di sini diambil dari sejarah dan cerita rakyat Bali, tujuannya untuk melestarikan budaya,” jelas tim manajer Sari Timbul.
Baca Juga: Dorong Wacana Satu Orang Satu Akun, Komisi I DPR: Cegah Kriminal dan Hoaks di Medsos
Seni dari Limbah yang Bernilai Tinggi
Keunikan lain dari Sari Timbul adalah konsep ramah lingkungan.
Dalam proses kreatifnya, para seniman memanfaatkan limbah kaca dan kayu terbengkalai untuk diolah menjadi karya bernilai seni tinggi.
Proses pembuatan kaca tiup dan pemahatan kayu bisa disaksikan langsung oleh pengunjung, sehingga pengalaman berkunjung tak hanya estetik, tapi juga edukatif.
Baca Juga: MK Terbelah Hebat Soal UU TNI: 4 Hakim Sebut Cacat Prosedur dan Desak Perbaikan, tapi Kalah Suara
“Pemahat yang kami libatkan semuanya orang lokal. Banyak yang berbakat, tapi jarang terekspos. Jadi kami sediakan wadah agar karya mereka dikenal lebih luas,” ungkap pengelola.
Lebih dari Sekadar Spot Foto
Jika destinasi wisata lain hanya menjual pemandangan, Sari Timbul justru menghadirkan cerita.
Setiap pahatan, setiap ornamen, punya filosofi yang erat dengan budaya Bali.
Itulah yang membuat tempat ini berbeda: ia bukan sekadar spot instagenic, melainkan ruang yang hidup dengan nilai tradisi.
Dengan kombinasi seni, budaya, dan edukasi, Sari Timbul Glass Factory berhasil mencuri perhatian wisatawan lokal hingga mancanegara.
Tempat ini membuktikan bahwa limbah bisa diubah menjadi karya luar biasa, dan tradisi bisa dilestarikan dengan cara kreatif.
Jadi, jika sedang mencari hidden gem di Bali yang lebih dari sekadar pemandangan indah, Sari Timbul jelas wajib masuk daftar kunjungan Anda.***