kontekstory

Hari Peringatan Korban Perang Kimia, Beragam Senjata Pemusnah Massal Mengerikan Zaman Kuno Hingga Modern

Minggu, 30 November 2025 | 09:00 WIB
Ilustrasi dahsyatnya dampak senjata kimia. (KONTEKS.CO.ID/Dok Fixabay)
KONTEKS.CO.ID – Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada 2005 silam menetapkan 30 November sebagai Day of Remembrance for all Victims of Chemical Warfare atau Hari Peringatan Korban Perang Kimia. 
 
Hari di penghujung bulan tersebut dipilih untuk mengenang jutaan korban perang kimia pada Perang Dunia I yang berkecamuk di Eropa pada tahun 1914–1918.
 
Bukan hanya sekadar peringatan, momen tersebut untuk meneguhkan kembali sikap setiap negara agar patuh terhadap aturan, yakni haram menggunakan senjata kimia yang juga disebut senjata pemusnah massal.
 
Baca Juga: Ledakan SMAN 72, Natural Selection, dan Ide Kekerasan Tanpa Motif yang Menular dari Eric Harris dan Dylan Klebold
 
Saking bahayanya, penggunaan senjata kimia atau senjata pemusnah massal tersebut dilarang dipakai dalam perang. Pelarangan disepakati dalam Chemical Weapons Convention atau Konvensi Senjata Kimia.

Traktat tersebut melarang produksi, penimbunan, dan penggunaan senjata kimia dan prekursornya. Traktat ini dikelola oleh Organisasi Pelarangan Senjata Kimia, yakni Organisation for the Prohibition of Chemical Weapons (OPCW). Organisasi antarpemerintah itu berbasis di Den Haag, Belanda.

Hari peringatan dan larangan tersebut mengingatkan kembali kengerian penggunaan senjata kimia memusnahkan manusia, tumbuhan, hewan, dan berbagai makhluk hidup lainnya.

Namun ditarik ke belakang, kengerian dari dampak dan korban dari senjata kimia ini ternyata bukan hanya terjadi pada Perang Dunia I, tetapi juga jauh sebelumnya.

Dalam berbagai pertempuran zaman prasejarah hingga termutakhir, sejumlah penguasa atau negara diduga keras masih menggunakan senjata terlarang tersebut dalam sejumlah perang.

Baca Juga: Gatot Soebroto, Sang Penyelamat Karier Militer 'Monyet' Soeharto Akibat Kasus Beras

Senjata Kimia Pertempuran Zaman Kuno

Dalam berbagai literatur, senjata kimia sudah digunakan dalam peperangan atau pertempuran di masa lampau, yakni prasejarah atau zaman kuno.  

Sejumlah kerajaan pada masa itu diduga telah menggunakan senjata kimia versi kala itu. Penggunaannya untuk mengalahkan musuh hingga mempertahankan kedaulatan wilayah kekuasannnya.

Ada beberapa bukti kuat adanya perang kimia pada masa lampau, di antaranya perang senjata kimia ditemukan dalam mitologi Yunani kuno, Herakles, atau masyhur disebut dengan tokoh Herkules.

Pada perang tersebut, pasukan dihujani panah mengandung darah hydra, hewan beracun air tawar yang mampu menewaskan musuh.

Selanjutnya, Perang Peloponnesia (431–404 SM) antara Kekaisaran Athena versus sekutu Peloponnesia yang dipimpin Sparta. Sekutu Peloponnesia merupakan koalisi dari Thebes, Corinth, dan Sparta.

Baca Juga: Presiden Pakistan Zia Ul Haq dan Memori Pertempuran 10 November 1945, dari Kaget Mendengar Adzan hingga Pimpin Pembelotan Pasukan Gurkha

Dalam pertempuran antara Sparta dan Athena itu, mereka membakar kayu dicampur dengan sulfur, kemudian diletakkan di bawah dinding. Asap kayu tersebut melumpuhkan para prajurit Athena sehingga tidak bisa melawan serangan Sparta.

Ada juga kisah pasukan Yunani yang dipimpin oleh Odiseus pernah memanfaatkan panah beracun dalam Perang Troya yang terjadi pada abad ke-12 Sebelum Masehi (SM). Perang ini menewaskan Achilles karena panah beracun yang tertancap di tumitnya.

Penggunaan senjata kimia juga ditemukan di peradaban Timur seperti India pada sekitar tahun 326 SM. Dalam pertempuran yang terjadi selama invasi India, para Harmatelia yang tinggal di dekat Mansura, Pakistan, menyerang pasukan Alexander Agung memakai panah beracun dari bisa ular kobra.

Selanjutnya di Tiongkok ditemukan tulisan yang menggambarkan penggunaan gas beracun di sebuah kota. Asap beracun dikeluarkan dari bola atau sayuran beracun lainnya yang dibakar, lalu dipompa melalui terowongan untuk melumpuhkan pasukan yang mengepung kota.

Berikutnya penyerangan Kekaisaran Sassaniyah di Persia. Dura-Europos adalah pusat perdagangan penting di Suriah. Kota itu berada di tangan Sassaniyah selama beberapa tahun dan kemudian ditinggalkan.

Beberapa bukti perang senjata kimia sejauh ini diperoleh melalui narasi. Bukti arkeologi adanya perang senjata kimia telah ditemukan di lokasi Dura-Europos yang terletak di tepi Sungai Efrat, Suriah.

Pada tahun 256, Shapur I mengepung kota dan memerintahkan untuk melemahkan dua menara yang terletak di utara Gerbang Palmyrene (Palmyra).

Pasukan ini mulai menggali lubang untuk menerobos dinding sekaligus merobohkan dinding tembok kota. Pasukan kota mengetahuinya dan mencoba memblokir dengan cara menggali lubang.

Dua terowongan ini pun akhirnya bertemu, pasukan Romawi langsung menyerang dan mengejar musuhnya. Pertempuran sengit terjadi di dalam terowongan.

Halaman:

Tags

Terkini