Mengacu pada data Bank Dunia, ia menyebut lebih dari sepertiga aktivitas ekonomi nasional berada di luar jangkauan negara.
“Bank Dunia katakan saat ini (ekonomi abu-abu/hitam) itu kurang lebih 35 persen daripada ekonomi kita, tidak tercatat,” ujarnya.
Ia memaparkan, selama ini nilai ekonomi Indonesia kerap disebut berada di kisaran Rp25.000 triliun.
Namun, menurut Hashim, angka tersebut tidak mencerminkan kondisi riil perekonomian nasional.
“Ekonomi Indonesia bukannya 25.000 triliun, sesungguhnya saat ini ekonomi kita sudah 31–32 ribu triliun, tapi 7 triliun itu enggak tercatat,” ungkapnya.
Baca Juga: DJP Mulai Pangil para Crazy Rich Karena Diduga Tak Jujur Bayar Pajak dan Laporkan Aset
SDA Terbatas, Pendidikan Tertinggal
Selain persoalan penerimaan negara, Hashim juga menyoroti ketergantungan Indonesia terhadap sumber daya alam. Ia mengingatkan bahwa cadangan sumber daya alam nasional diperkirakan hanya akan bertahan dalam lima dekade ke depan.
“Sumber daya alam kita 50 tahun lagi habis,” ujarnya.
Oleh karenanya Hashim menilai, Indonesia harus segera melakukan lompatan besar dengan meningkatkan kualitas sumber daya manusia, terutama melalui sektor pendidikan.
Hashim membandingkan posisi Indonesia dengan Korea Selatan pada dekade 1960-an.
“Tahun 60 ekonomi Indonesia jauh di atas Korea Selatan. (Sekarang) ekonomi kita per kapita 1/10 dari Korea Selatan,” katanya.
Baca Juga: DJP Larang Cuti Pegawai Desember 2025 untuk Pastikan Layanan Pajak Tetap Lancar, Catat Aturannya
Menurut Hashim, penyebab utama ketertinggalan tersebut tidak lain adalah kualitas sumber daya manusia.
“Adalah sumber daya manusia, tidak ada jawaban lain,” tegasnya.