ekonomi

PHK Massal di Depan Mata, WIKA Kaji Likuidasi Anak Perusahaan Usai Terlilit Utang Rp48 Triliun

Kamis, 13 November 2025 | 06:11 WIB
BEI) menghentikan sementara (suspensi) saham perdagangan Efek Wika. (Foto: Wika)

KONTEKS.CO.ID - Sinyal darurat tanda bahaya kini datang dari salah satu pilar utama konstruksi nasional, PT Wijaya Karya Tbk (WIKA). BUMN Karya ini mengonfirmasi tengah berada dalam krisis keuangan yang sangat parah.

Akibatnya, manajemen secara terbuka mengkaji langkah-langkah drastis, termasuk opsi untuk melikuidasi atau menyuntik mati sejumlah anak dan cucu perusahaan yang terus merugi.

Langkah ekstrem ini menjadi pertaruhan besar yang akan berdampak langsung pada nasib ribuan karyawannya.

Likuidasi anak perusahaan secara otomatis berarti Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) massal bagi para pegawai yang bernaung di bawah entitas-entitas tersebut.

Hal ini menjadi tragedi BUMN Karya yang terpaksa mengamputasi sebagian tubuhnya sendiri untuk bertahan hidup.

Baca Juga: ARAH Laporkan Ribka Tjiptaning ke Bareskrim Soal Soeharto, Polemik Gelar Pahlawan Nasional Memanas

Kondisi berdarah-darah ini terkonfirmasi dalam laporan keuangan perseroan. Sepanjang sembilan bulan pertama tahun 2025 atau Januari-September, WIKA mencatatkan kerugian bersih yang menembus angka Rp3,29 triliun.

Angka ini adalah sebuah kemunduran total, berbalik 180 derajat dari periode yang sama tahun sebelumnya, di mana perusahaan masih mampu mencetak laba sebesar Rp741 miliar.

Direktur Utama WIKA, Agung Budi Waskito, pada Rabu, 12 November 2025, menjelaskan bahwa opsi likuidasi ini adalah bagian dari strategi komprehensif untuk menyelamatkan perusahaan induk.

"Kalau ada entitas anak asosiasi yang memang tidak mempunyai keuntungan yang baik atau bahkan rugi, ya, kami sedang kaji. Kalau memang tidak baik mungkin kita likuidasi dan sebagainya," ujar Agung dalam public expose secara daring.

Keputusan menyakitkan ini harus diambil karena kondisi neraca keuangan WIKA yang sudah berada di titik sangat kritis.

Baca Juga: Cara Cek Nomor Porsi Haji, Panduan Lengkap untuk Calon Jemaah

Total liabilitas atau utang perusahaan telah membengkak hingga Rp48,44 triliun. Ironisnya, di saat utang menumpuk.

Modal bersih atau ekuitas perusahaan justru menipis drastis hingga tersisa hanya Rp8,5 triliun, sementara total aset tergerus dari Rp63,5 triliun menjadi Rp57 triliun.

Halaman:

Tags

Terkini

Stok Aman, Pemerintah Putuskan Stop Impor Beras 2026

Sabtu, 20 Desember 2025 | 15:45 WIB