KONTEKS.CO.ID - Teori siklus empat tahunan atau four-year cycle yang selama ini menjadi acuan utama bagi banyak investor Bitcoin kini mulai diragukan relevansinya.
Founder Akademi Crypto Timothy Ronald berpendapat bahwa narasi historis tersebut kemungkinan tidak akan terulang.
Ia menyebut ada dua faktor utama yang mematahkan teori tersebut, yakni korelasi harga Bitcoin dengan jumlah uang yang dicetak dan masifnya adopsi institusional.
Pandangan ini cukup menantang, mengingat banyak pelaku industri senior termasuk para pemilik exchange dan manajer investasi masih meyakini validitas siklus empat tahunan dan menyarankan investor untuk bersiap mengambil keuntungan.
Baca Juga: Ramai di Medsos, Lender Keluhkan Gagal Bayar Miliaran Rupiah di Fintech P2P Dana Syariah Indonesia
"Banyak orang yang percaya tentang four year cycle dan nyaranin untuk take profit juga," ungkap rekannya, Kalimasada, menggambarkan adanya perdebatan panas di kalangan pegiat kripto.
Namun, Timothy berargumen bahwa sampel data untuk teori siklus ini terlalu sedikit. "Kalau four year cycle theory kan baru tiga top ya yang kita bisa identifikasi. Terus kita mikir yang keempat bakal seperti tiga sebelumnya," ujarnya, menyoroti lemahnya basis data tersebut.
Menurutnya, pergerakan harga Bitcoin saat ini lebih menunjukkan korelasi yang kuat dengan jumlah uang yang beredar di pasar.
Baca Juga: Tawarkan Harga Premium, Valuasi IPO Superbank Disebut Setara Raksasa Perbankan BCA
"Bitcoin tuh lebih korelasi lebih tinggi sama jumlah uang yang dicetak," tegasnya. Ia menganalogikan kenaikan harga Bitcoin serupa dengan aset langka lainnya yang nilainya cenderung meningkat seiring bertambahnya suplai uang.
Faktor kedua yang dinilai mengubah peta permainan adalah masuknya investor institusional dalam skala besar.
Timothy berargumen bahwa institusi memiliki pendekatan investasi yang berbeda, cenderung mengalokasikan porsi kecil dari total dana kelolaan mereka, misalnya 0,5 hingga 1 persen ke dalam Bitcoin secara konsisten dan berjangka panjang.
"Jadi dia enggak peduli gitu kayak ini ke mana jungkir balik kiri kanan," jelasnya. Ia juga meluruskan miskonsepsi publik tentang peran BlackRock.