"Kalau perusahaan bisa tumbuh 50 persen dalam 3 tahun, investor rela membayar lebih mahal. Tapi tanpa pertumbuhan, momentumnya hanya sesaat," ungkapnya.
JP Morgan menilai, arah kebijakan suku bunga juga merupakan katalis penting.
Diperkirakan, The Fed akan memangkas suku bunga acuan sebesar 75 basis poin tahun ini, sementara Bank Indonesia berpotensi menurunkan BI Rate ke 4,25 persen.
"Hal yang menarik adalah stabilitas dolar AS yang membuat rupiah juga terjaga,” kata Henry.
JP Morgan juga menyoroti rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2026.
Henry berpandangan, keseimbangan antara target pertumbuhan dan defisit fiskal dalam APBN tersebut memberikan sinyal positif bagi perekonomian.
"Budget ini cukup bagus, kuncinya ada di eksekusi. Kami rasa hal ini akan berdampak positif,” ujarnya.
Dengan berbagai faktor pendukung tersebut, JP Morgan menyebutkan beberapa sektor yang patut diperhatikan investor.
Sektor konsumer diproyeksi menguat karena peningkatan belanja pemerintah.
Kemudian, sektor pertambangan, terutama nikel, dipandang memiliki prospek cerah.
Demikian juga sektor yang sensitif terhadap perubahan suku bunga, seperti otomotif dan properti, yang dinilai berpotensi menjadi pilihan menarik bagi investor di masa mendatang.***