“GOTO mulai menunjukkan skala dan momentum yang dapat menyaingi pemain regional seperti Grab dan SEA Group,” ujar Mohit Mirpuri, Partner Senior SGMC Capital.
Baca Juga: Kebal Didemo Sopir, AHY dkk Kekeuh Mau Bebaskan Jalanan dari Truk ODOL
Di tengah spekulasi pasar, rumor merger antara GOTO dan Grab kembali mencuat. Grab dikabarkan sedang mempertimbangkan akuisisi GOTO dengan valuasi lebih dari US$ 7 miliar. Isu ini menguat setelah Grab menjual obligasi konversi yang dipandang sebagai upaya menghimpun dana.
Namun, analis JPMorgan, Henry Wibowo, mengingatkan bahwa saham GOTO masih undervalued dibandingkan kinerjanya. “Harga saat ini menarik dan koreksi belakangan ini menjadi peluang beli yang menarik,” tulisnya dalam riset yang dirilis bulan lalu.
Meski demikian, tak semua analis bersikap optimistis. Kai Wang dari Morningstar menyebut pertumbuhan GOTO pasca-penjualan unit Tokopedia ke ByteDance menjadi terbatas.
Baca Juga: Jokowi Buka Suara soal Rencana Upacara 17 Agustus Tak di IKN: Pasti Sudah Dipertimbangkan
“Tanpa lini e-commerce, GOTO tertinggal dari Grab dalam hal pertumbuhan jangka panjang,” ujarnya.
Kini pasar menanti laporan keuangan kuartal II-2025 yang diyakini menjadi penentu arah pergerakan saham selanjutnya. Investor akan mencermati hasil efisiensi dari migrasi layanan cloud ke Alibaba, perkembangan unit fintech, dan kelanjutan rumor merger.
“Masih ada ruang untuk pemulihan. Bahkan tanpa merger, selama perusahaan konsisten dengan profitabilitas dan disiplin eksekusi, rebound bisa terjadi,” pungkas Mirpuri. ***