KONTEKS.CO.ID – Pemerintah mulai mengambil langkah taktis menghadapi ancaman terganggunya pasokan minyak mentah nasional akibat konflik bersenjata antara Iran dan Israel yang terus memanas.
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia dijadwalkan menggelar rapat dengan Direksi PT Pertamina (Persero) pada Rabu, 25 Juni 2025, untuk membahas langkah strategi pengamanan energi nasional.
Rapat tersebut akan difokuskan pada skenario gangguan distribusi minyak dari Timur Tengah, khususnya jika Selat Hormuz atau jalur strategis tempat mengalirnya 20% pasokan minyak global benar-benar terganggu atau ditutup.
Baca Juga: Skema Pendanaan Program 3 Juta Rumah Makin Banyak, Ini Daftar Lengkapnya!
“Saya besok ada rapat dengan Pertamina untuk membahas langkah-langkah taktis menghadapi dinamika global, khususnya terkait ketersediaan energi kita. Karena menyangkut Selat Hormuz, ini harus kita hitung dengan baik,” kata Bahlil usai menghadiri Jakarta Geopolitical Forum ke-9, Selasa, 24 Juni 2025.
Indonesia Masih Bergantung pada Jalur Hormuz
Sebagian besar impor minyak mentah Indonesia memang masih berasal dari Timur Tengah. Bahlil mengakui bahwa kawasan tersebut memiliki peran penting dalam pasokan energi nasional.
Namun, Indonesia juga memiliki alternatif dari wilayah lain seperti Afrika dan Amerika Latin, di mana beberapa blok migas dikelola langsung oleh Pertamina.
Baca Juga: Iran Serang Pangkalan AS: Babak Keempat Kualifikasi Piala Dunia 2026 di Qatar Terancam
“Tapi kita itu sebenarnya, impor kita itu banyak, itu juga dari Afrika, Amerika Latin, karena beberapa sumur-sumur minyak Pertamina ada di sana. Kemudian beberapa Timur Tengah. Tapi nanti berapa pastinya, saya akan cek,” ujarnya.
Pertamina Siapkan Jalur Alternatif
Menanggapi potensi krisis pasokan, PT Pertamina (Persero) menyatakan telah menyiapkan sejumlah jalur alternatif agar distribusi minyak mentah tetap terjaga.
Hal ini menjadi bagian dari mitigasi atas kemungkinan terganggunya pelayaran melalui Selat Hormuz.
Baca Juga: Spekulasi Kesehatan Jokowi Picu Perdebatan, Sakit Serius atau Manuver Politik?
“Pertamina telah mengantisipasi hal tersebut dengan mengamankan kapal kita, mengalihkan rute kapal ke jalur aman antara lain melalui Oman dan India untuk menjaga keberlangsungan rantai pasok,” kata Vice President Corporate Communication Pertamina, Fadjar Djoko Santoso dalam keterangan tertulis, Senin 23 Juni 2025.
Fadjar juga menegaskan bahwa penutupan Selat Hormuz akan memberikan dampak yang luas secara global.