Sistem Semrawut Sejak Awal, Purbaya Sebut Coretax Produk Gagal: Seperti Bikinan Anak SMA!

“Software itu kalau dibuat nggak pernah sekaligus jalan semua. Lihat Windows dari versi 1 sampai 11, karena kesalahan dibetulin terus dari waktu ke waktu,” paparnya.

Program Tingkat Baru Lulusan SMA

Lebih jauh, Purbaya mengaku kecewa setelah tim internalnya meninjau kode sumber (source code) yang dibuat LG.

“Begitu mereka dapat source code-nya, dilihat sama orang saya, mereka bilang, ‘Wah, ini program tingkat baru lulusan SMA.’ Jadi yang dikasih ke kita bukan orang jago-jago,” katanya blak-blakan.

“Jadi ya, Indonesia seringlah dikibulin asing,” tandasnya.

Perbaikan Tersendat, Akuntabilitas Dipertanyakan

Dengan sejumlah kendala tersebut, target penyempurnaan Coretax selama satu bulan sejak awal Oktober tidak tercapai.

“Saya bilang satu bulan, tapi kendala tadi nggak bisa masuk karena kontrak,” jelas Purbaya seraya optimis jika Coretax bisa stabil pada awal 2026.

Baca Juga: Punya NPWP Tapi Sudah Tidak Dipakai? Begini Cara Mudah Nonaktifkan NPWP Secara Online Lewat Coretax!

Sekadar informasi, Coretax merupakan proyek platform besar perpajakan yang diklaim mampu menampung banyak data dan menemukan dengan cepat adanya kecurangan dari Direktorat Jenderal Pajak atau DJP dan dibuat untuk bisa mengintegrasi seluruh fungsi yang ada dalam administrasi perpajakan.

Rinciannya meliputi pendaftaran wajib pajak, pelaporan, pembayaran pajak, hingga ranah pengawasan dan penegakan hukum berkaitan dengan pajak.

Untuk membuat Coretax ini, dana yang digelontorkan senilai Rp1,3 triliun dan dikelola oleh Kementerian Keuangan (Kemenkeu) dan berjalan dengan Peraturan presiden (Perpres) Nomor 40 Tahun 2018 dengan melibatkan 3 perusahaan asing, yakni PwC Indonesia, LG CNS Qualysoft Consortium, dan Deloitte Consulting.***