Baca Juga: Yamaha Neos Terpantau Mengaspal di Jakarta, Sinyal Segera Dijual di Indonesia?
“Sistem ini memang bukan jaminan 100 persen. Harus dilengkapi dengan kapasitas serta kesigapan pegawai. Selain itu, sistemnya perlu terus diperbarui mengikuti perkembangan modus kejahatan,” jelas Ariyo.
Ia memberi analogi sederhana: teknologi di bank ibarat pagar rumah, tapi pagar tetap harus dijaga agar tidak ada celah. “Kalau pagar tinggi tapi ada pintu yang lupa dikunci, maling tetap bisa masuk,” tambahnya.
Pentingnya Kepercayaan Nasabah
Kasus fraud Rp204 miliar ini bisa jadi pelajaran penting bahwa kepercayaan publik terhadap bank bergantung pada seberapa cepat bank merespons ancaman.
Baca Juga: Antam Impor 30 Ton Emas dari Singapura dan Australia, Ini Alasannya
Nasabah tentu berharap bahwa uang mereka tetap aman, sementara bank wajib memastikan sistem proteksi selalu adaptif.
“Nasabah menaruh harapan besar pada keamanan perbankan. Kejadian seperti ini bisa jadi peringatan sekaligus pembuktian: apakah bank bisa menutup celah dan menjaga kepercayaan,” pungkas Ariyo.
Ke depan, publik akan menunggu kelanjutan dari kepolisian dan pihak bank terkait perkembangan kasus ini, termasuk penangkapan pelaku yang masih buron.***
Artikel Terkait
Keputusan Purbaya Tak Naikkan Cukai Rokok Kontraproduktif dan Proindustri Rokok
BRI Resmikan Regional Treasury Team Medan Guna Memperkuat Layanan Keuangan kepada Nasabah di Wilayah Sumatera
FKBI Desak Purbaya Naikkan Cukai Rokok, Ini Alasannya
Antam Impor 30 Ton Emas dari Singapura dan Australia, Ini Alasannya
Harga Minyak Sawit Global Naik, Analis Menilai Indonesia Bisa Ambil Untung