Pasar juga masih menyoroti konflik geopolitik.
Ketegangan Rusia-Ukraina, ditambah sanksi baru AS terhadap minyak Rusia, memicu spekulasi potensi gangguan pasokan global.
Sentimen ini memberi ruang penguatan lebih lanjut bagi dolar AS, sehingga rupiah kian tertekan.
Sentimen Domestik Masih Rapuh
Dari dalam negeri, ketidakpastian global menambah tekanan pada fundamental ekonomi Indonesia.
Ibrahim menyoroti kebijakan pemerintah yang mengucurkan dana Rp200 triliun ke Himpunan Bank Milik Negara (Himbara).
“Gebrakan itu dikhawatirkan gagal mendorong pertumbuhan ekonomi karena pengusaha masih ragu memanfaatkan kredit, sementara bank sangat selektif menyalurkan pembiayaan sektor riil,” kata Ibrahim pada Jumat, 19 September 2025.
Baca Juga: LHKPN Wahyudin Morido Minus 5 Tahun Berturut, Ini yang Dilakukan KPK
Ia juga mengingatkan, perlambatan ekonomi global telah menekan daya beli dan memperlebar disparitas pertumbuhan antarnegara.
Kondisi ini menjadi tantangan berat bagi rupiah yang sudah rentan terhadap arus modal asing keluar.
Prospek Perdagangan Rupiah Hari Ini
Dengan kombinasi tekanan eksternal dan domestik, rupiah diperkirakan masih sulit keluar dari tren pelemahan.
Ibrahim menegaskan, “Pada perdagangan Senin, 22 September 2025, rupiah akan bergerak fluktuatif, tetapi berakhir melemah di kisaran Rp16.600-16.660 per dolar AS.”
Artinya, investor dan pelaku pasar perlu lebih waspada terhadap volatilitas jangka pendek, terutama dengan meningkatnya dominasi dolar AS di pasar global.***
Artikel Terkait
Indonesia Bisa Tuntut Uni Eropa untuk Status ‘Risiko Nol’ Sawit
Menkeu Purbaya Ancam Alihkan Anggaran MBG yang Tak Terserap ke Bansos Beras 10 Kg
Pelindo Angkat Eks Wakil Prabowo di Gerindra Jadi Komisaris, Rombak Jajaran Direksi
Menkeu Purbaya Umumkan APBN Defisit Rp321,6 Triliun per Agustus 2025, Ini Rinciannya
Harga Emas Antam Hari Ini Naik Jadi Rp2.123.000 per Gram, Rekor Tertinggi Sepanjang Sejarah! Saat Tepat Jual atau Justru Beli?