KONTEKS.CO.ID - Perjanjian perdagangan bebas dan meningkatnya permintaan makanan sehat membuka peluang baru bagi ekspor pertanian Amerika Serikat atau AS ke Indonesia.
Indonesia muncul sebagai salah satu pasar dengan pertumbuhan tercepat bagi ekspor pertanian AS.
Ini terlihat dari volume perdagangan yang diperkirakan mencapai USD2,9 miliar atau sekitar Rp48 triliun pada 2024.
Baca Juga: Nasib Tax Amnesty Jilid III Kembali Menguap, Menkeu Purbaya Sebut Itu Insentif Orang Kibul-kibul
Menurut Layanan Pertanian Luar Negeri USDA (FAS), Indonesia menempati peringkat ke-11 sebagai pembeli terbesar produk AS.
Kelas menengah yang berkembang, populasi muda, dan meningkatnya permintaan makanan sehat menciptakan peluang besar bagi eksportir AS.
Pada Juli, Presiden Donald J. Trump mengumumkan perjanjian dagang bersejarah dengan Indonesia.
Baca Juga: BMKG: 84 Gempa Susulan Guncang Nabire Pascagempa Gempa Besar M6,5
Kesepakatan itu menjanjikan penghapusan hambatan tarif atas lebih dari 99 persen ekspor AS serta membebaskan produk pertanian dari persyaratan izin impor.
Setelah difinalisasi, perjanjian ini akan memberikan akses yang belum pernah ada sebelumnya ke basis konsumen besar Indonesia.
Kedelai tetap menjadi komoditas utama AS, memasok hampir 90 persen kebutuhan produksi tahu dan tempe di Indonesia.
Baca Juga: Cetak Brace saat Hempaskan Newcastle, Rashford Isyaratkan Ingin Bertahan Lama di Barcelona
Permintaan gandum juga terus meningkat, dengan rencana Asosiasi Penggilingan Tepung Indonesia membeli sedikitnya 1 juta ton gandum AS antara 2026 hingga 2030.
Komoditas penting lainnya meliputi kapas, daging sapi, produk susu, dan hasil laut, dengan pengiriman ikan AS naik 85 persen pada 2024.
Artikel Terkait
Ekspor Sawit Indonesia Naik 69 Persen pada Juli, India Jadi Pasar Utama
Ekspor Sawit Sumbang Rp17,14 Triliun, Jadi Penopang Surplus Perdagangan Indonesia
Pasar Protein Indonesia Kian Terbuka, 38 Pabrik Brasil Kini Dapat Izin Ekspor
Hakim Djuyamto Akui Terima Suap Rp40 Miliar di Kasus Vonis Lepas Ekspor CPO
Indonesia Tawarkan Ekspor Minyak Sawit untuk Tekan Tarif 19 Persen AS