Para pengamat veteran menilai ini adalah skenario mimpi buruk yang dapat melumpuhkan kemampuan The Fed untuk membuat keputusan sulit demi kepentingan jangka panjang negara.
Baca Juga: Ruben Amorim Terancam Dipecat, Manchester United Bisa Tekor Rp 268 Miliar
Sinyal Bahaya dari Pasar Kerja
Di luar drama politik, data ekonomi yang masuk melukiskan gambaran yang suram. Sinyal merah dari mesin pencipta lapangan kerja AS semakin menyilaukan.
Pada bulan Agustus, ekonomi hanya mampu menciptakan 22.000 pekerjaan, angka yang sangat jauh di bawah ekspektasi.
Lebih buruk lagi, data revisi menunjukkan bahwa pada bulan Juni, AS untuk pertama kalinya sejak pandemi 2020 justru kehilangan pekerjaan.
Baca Juga: SPBU Swasta Masih Alami Kekosongan BBM, Pemerintah Bantah Isu Monopoli Pertamina
Meskipun angka pengangguran secara resmi masih rendah di level 4,3%, Ketua The Fed Jerome Powell memperingatkan agar tidak terkecoh.
Dalam pidatonya bulan lalu, ia menyebut situasi ini sebagai "keseimbangan yang aneh". Angka pengangguran terlihat rendah karena kebijakan imigrasi yang ketat telah mengurangi jumlah pencari kerja, bukan karena perusahaan gencar merekrut.
"Situasi yang tidak biasa ini menunjukkan bahwa risiko penurunan lapangan kerja sedang meningkat," kata Powell.
"Dan jika risiko itu terwujud, dampaknya bisa terjadi dengan cepat dalam bentuk PHK yang tajam dan lonjakan pengangguran."
Baca Juga: Matius Fakhiri-Rumaropen Resmi Menang Pilkada Gubernur-Wagub Papua, MK Tolak Gugatan
Dilema Inflasi dan Dampak Global
Ironisnya, salah satu penghalang terbesar bagi The Fed untuk memotong suku bunga adalah kebijakan Trump sendiri.
Kebijakan tarif impor yang agresif telah membuat harga barang-barang seperti pakaian dan peralatan elektronik merangkak naik, mendorong angka inflasi tahunan pada Agustus ke level 2,9%, tertinggi dalam tujuh bulan.
Namun, di antara dua pilihan buruk inflasi yang sedikit lebih tinggi atau resesi yang melumpuhkan The Fed tampaknya akan memilih yang pertama.
Baca Juga: Ratu Tisha dan 3 Nama Mulai Panaskan Bursa Ketum PSSI
Artikel Terkait
Nilai Tukar Rupiah Hari Ini Melemah, Sentimen Trump vs The Fed hingga Demo Buruh Jadi Pemicu Utama
Detik-detik Aktivis Pendukung Donald Trump dan Israel Charlie Kirk Tewas Ditembak di Depan Publik
Penembakan Aktivis Charlie Kirk, Donald Trump Sebut Jadi Momen Gelap, Kanada hingga Italia Ingatkan Sinyal Bahaya
Nilai Tukar Rupiah Hari Ini Diprediksi Menguat ke Rp16.320–Rp16.380 per Dolar AS, Pasar Tegang Menanti Keputusan The Fed
Rupiah Hari Ini Melemah Rp16.440 per Dolar AS, Pasar Cemas Tunggu Keputusan The Fed dan Gejolak Geopolitik Ukraina-Rusia