KONTEKS.CO.ID - Pada umumnya, vampir identik dengan cerita fiksi.
Namun, seorang ekonom Amerika-Jerman, Dennis Snower, justru memanfaatkannya untuk membahas kebijakan makroekonomi.
Dalam bukunya tahun 1982 berjudul Macroeconomic Policy and the Optimal Destruction of Vampires, Snower memperkenalkan istilah “vampir ekonomi” sebagai metafora untuk memahami cara masyarakat mengalokasikan sumber daya.
Baca Juga: Desak Kapolri Usut Tuntas Kematian Tragis Affan Kurniawan, Ketua DPR: Kami akan Kawal
Menurut Snower, diskusi soal vampir bukan sekadar hiburan.
Ia menilai, konsep ini bisa membantu menjelaskan dilema nyata dalam kebijakan publik.
“Masyarakat bisa saja menghabiskan seluruh sumber daya untuk membuat pasak kayu melawan vampir, tetapi itu berarti mereka mengabaikan produksi barang-barang yang sebenarnya meningkatkan kesejahteraan,” tulis Snower dalam analisisnya.
Teori Vampir: Antara Ancaman dan Efisiensi
Baca Juga: Update Transportasi Jabodetabek: KRL, LRT, MRT Tetap Jalan, TransJakarta Stop Total Imbas Demo
Snower kemudian mengembangkan dua teori utama.
Pertama, Teorema Kemustahilan Vampir, yang menekankan pentingnya menjaga produksi minimum “pasak kayu” agar manusia tetap aman.
Jika masyarakat lalai, ancaman bisa menghancurkan mereka.
Kedua, Teorema Netralitas Vampir, yang lebih provokatif.
Baca Juga: Beredar Namanya Tercantum Jadi Peserta Sydney Marathon 2025, Ini Kata Ketua Komisi XI Misbakhun
Snower menulis, “Ketika populasi vampir mendekati nol, rasio antara jumlah pasak dan vampir akan meningkat tanpa batas.
Artikel Terkait
Gegara Demo Sejak Jumat Pagi, Sarinah Umumkan Tutup Lebih Awal
Mendag Soroti Waralaba: Jumlah Lokal Lebih Banyak, tapi Popularitas Masih Dikuasai Merek Asing
Portofolio Sustainable Finance BRI Capai Rp807,8 Triliun, Jadi yang Terbesar di Indonesia
Danantara Kirim 36 Bos BUMN Leadership Camp ke Swiss Tuai Kritik, Dinilai Tak Selaras dengan Visi Prabowo
Pertamina Instruksikan Semua SPBU Buka Melayani Masyarakat Pasca-Demo Ricuh