AS pertama kali mengungkapkan niatnya untuk mendukung pengembangan sumber daya manusia Indonesia melalui ITSI Fund pada November lalu. Saat itu, pendahulu Trump, Joe Biden, menjamu Presiden Prabowo Subianto yang melakukan kunjungan kenegaraan ke AS.
Baca Juga: Amerika Serikat Minati Tembaga RI, Menteri ESDM Bilang Akan Bahas dengan Presiden Prabowo
ITSI Fund menyediakan dana sebesar USD500 juta (100 juta dolar per tahun selama lima tahun mulai 2023) untuk memfasilitasi kolaborasi dengan mitra AS dalam memperkuat keamanan rantai pasok semikonduktor global.
AS juga membuka peluang kerja sama dengan universitas-universitas Amerika untuk pengembangan sumber daya manusia ini.
Ketika kesepakatan tarif dicapai pada pertengahan Juli, Presiden AS Donald Trump tidak bisa menyembunyikan kegembiraannya terhadap tembaga Indonesia.
Baca Juga: BUMI Diversifikasi ke Tambang Emas dan Tembaga Lewat Akuisisi Wolfram Australia
Logam merah ini merupakan bahan utama dalam pembuatan chip semikonduktor canggih.
Menurut pernyataan bersama Gedung Putih, Indonesia sepakat mencabut pembatasan ekspor mineral kritis sebagai imbalan atas tarif 19 persen yang lebih rendah dari janji awal.
Airlangga menegaskan bahwa hal ini tidak berarti Jakarta mencabut larangan ekspor bijih mentah. Namun, Indonesia tetap berpegang pada kebijakan hanya mengekspor mineral yang telah diproses untuk mendorong perekonomian.
Menteri Investasi Rosan Roeslani juga baru-baru ini mengungkapkan bahwa AS telah sepakat menurunkan tarif tembaga Indonesia menjadi 0 persen.***