KONTEKS.CO.ID - Amerika Serikat berupaya ikut serta dalam pengembangan ekosistem semikonduktor Indonesia, setelah tercapainya kesepakatan tarif yang bertujuan menyeimbangkan perdagangan bilateral.
Hal itu seperti disampaikan Menko Perekonomian Airlangga Hartarto dalam kesempatan jumpa pers pada Jumat malam kemarin.
Baru-baru ini, Indonesia dan AS mencapai kesepakatan yang membuat Washington memangkas tarif timbal balik dari 32 persen menjadi 19 persen, yang resmi berlaku pada 7 Agustus.
Baca Juga: Tak Ingin Bernasib seperti China, Indonesia Bangun Ekosistem Industri Semikonduktor
Pemangkasan tarif tersebut tidak hanya memberi keringanan bagi Indonesia karena menyamakan posisi dengan sejumlah negara ASEAN lain, tetapi juga membawa kabar baik bagi mimpi Jakarta memiliki produksi semikonduktor dalam negeri.
“Sekarang setelah kita mencapai kesepakatan, AS tertarik untuk mendorong industri semikonduktor di Indonesia. Kita sedang menyiapkan ekosistemnya,” kata Menko Airlangga.
Rincian dukungan Washington terhadap ambisi semikonduktor Indonesia masih belum jelas. Termasuk apakah kemitraan hanya sebatas pengembangan sumber daya manusia atau ada rencana investor Amerika mendirikan pabrik manufaktur.
Baca Juga: Joe Biden: Semikonduktor Adalah Game Changer Amerika Hadapi China
Namun, Airlangga mengatakan bahwa Indonesia telah menyiapkan sejumlah kawasan ekonomi khusus (KEK) di berbagai daerah untuk pengembangan semikonduktor.
Setiap investor yang menanamkan modal di KEK akan mendapatkan berbagai insentif, termasuk tax holiday dan pembebasan bea masuk.
Airlangga juga mengungkapkan bahwa kesepakatan tarif ini bisa menghidupkan kembali pembahasan mengenai International Technology Security and Innovation (ITSI) Fund, yang dibentuk melalui CHIPS Act 2022.
Baca Juga: Ekspor Tembaga Indonesia ke AS Dapat Tarif Nol Persen, Ini Penjelasan Pemerintah
“Kami sudah pernah membahas soal ITSI Fund, tetapi pembicaraan terhenti setelah Presiden AS Donald Trump kembali berkuasa. Sekarang setelah ada kesepakatan tarif, AS ingin melanjutkan diskusi,” ujar Airlangga.
Indonesia memiliki keunggulan alami berupa cadangan mineral yang signifikan, yang menjadi bahan penting dalam produksi semikonduktor.