Biodiesel Sawit Mampu Menghemat Devisa Indonesia Rp59,51 Triliun, Begini Perhitungannya

KONTEKS.CO.ID - Pemerintah baru-baru ini melaporkan program biodiesel berbasis minyak sawit secara nasional telah menghemat devisa negara.

Penghematan devisa negara itu sedikitnya USD3,68 miliar atau Rp59,51 triliun pada sepanjang tahun ini.

Sebagai produsen minyak sawit terbesar di dunia, Indonesia mewajibkan penggunaan biodiesel yang dibuat dengan mencampurkan komoditas pangan tersebut ke dalam solar biasa.

Baca Juga: Mandatori Biodiesel B40 Hemat Devisa Rp271 Triliun Punya Dampak Signifikan

Persentase sawit dalam campuran ini terus meningkat.

Saat ini Indonesia mewajibkan 40 persen kandungan minyak sawit dalam campuran, kebijakan yang lebih dikenal dengan B40, yang mulai berlaku pada awal 2025.

Angka ini setara dengan jumlah minyak sawit yang digunakan Indonesia untuk bahan bakar.

“Pada paruh pertama 2025, kami telah menyalurkan sekitar 6,8 juta kiloliter biodiesel atau B40,” kata Menteri Energi Bahlil Lahadalia dalam konferensi pers, baru-baru ini.

Baca Juga: Malaysia dan Indonesia Bersatu Lindungi Produsen Minyak Sawit

Dengan demikian, Indonesia berhasil menekan impor bahan bakar, sehingga mampu menghemat devisa sebesar USD3,68 miliar hingga Juni tahun ini.

Program biodiesel juga menjadi salah satu strategi besar Indonesia untuk memperoleh nilai tambah dari sumber daya alam yang melimpah, yaitu dengan mengolah bahan mentah menjadi produk jadi.

Pemerintah menyebutkan pengolahan crude palm oil (CPO) menjadi biodiesel telah menciptakan nilai tambah sebesar Rp9,51 triliun (USD583,4 juta).

Baca Juga: Harga Naik, Daya Saing Sawit Indonesia Tertekan

Menurut Bahlil, Indonesia sudah mencapai setengah dari target penyaluran 13,5 juta kiloliter biodiesel B40 pada 2025.