"Ini semua beras curah tetapi dijual harga premium. Beras curah tetapi dijual harga medium. Dan lab-nya kami pakai 13 termasuk Sucofindo," terang Amran.
Hasil uji laboratorium juga ditemukan sekitar 85 persen sampel tidak sesuai standar.
Bahkan, ada beras dalam kemasan lima kilogram yang berat isinya hanya 4,5 kilogram (kg).
Menurut Amran, total nilai kerugian akibat praktik ini mencapai sekitar Rp99 triliun.
Baca Juga: Viral, SD di Kudus Hanya Dapat Satu Siswa Baru
Jumlah tersebut didapat berdasarkan hasil perkalian dari selisih harga dan volume beras yang beredar.
"Ini tidak cukup, ada lagi penemuan Satgas. Karena kami bergerak bersama Satgas dan kontak Menteri Perdagangan. Sebelum bergerak kami sampaikan dan hasilnya kami sampaikan," tuturnya.
Selanjutnya, pemeriksaan yang dilakukan Kementerian Perdagangan juga menghasilkan temuan sama. Dari 10 sampel yang diambil, sembilan di antaranya tidak sesuai.
"Jadi 90 persen, kalau kami temukan 86 persen, kalau perdagangan temukan 90 persen," tandas Amran.***
Artikel Terkait
Puan Maharani Respons Kasus Beras Oplosan, Sebut Kejahatan, Singgung Mafia dan Korporasi Besar
Kasus Beras Oplosan, 25 Pemilik Merek Beras Kemasan 5 Kg Digarap Satgas Pangan Polri
Bulog Sebut Stok Beras Indonesia Tembus 4,25 Juta Ton, Aman atau Cuma Angka?
Kepala Bapanas Tantang Wilmar Group dan Food Station Tjipinang Jaya Adu Hasil Uji Laboratorium Beras Oplosan
Polisi Periksa Wilmar Group, Food Station Tjipinang Jaya, BPR, Japfa Group: Bukan Cuma Soal Beras Oplosan, tapi Juga Dugaan Takaran Tak Sesuai